Tangan Syifa meraih pegangan pintu. Benda ini penyelamatnya. Tergesa ia putar handel pintu, lalu ia melangkah ke koridor. Detik berikutnya, Syifa berlari ke lift. Menghiraukan seruan permohonan rasa kekesalan teman-temannya.
Lift kosong. Di dalam benda stainless nan dingin itu, Syifa menenangkan diri. Berusaha melumerkan kekesalannya. Memiliki orang tua yang lebih bukan untuk dimanfaatkan. Mereka tidak mengerti. Biar saja mereka membullynya nanti.
Ting
Pintu lift membuka. Tiba di lobi...
"Syifa Sayang..."
Abi Assegaf dan Arlita, tak salahkah ia? Syifa mengerjapkan mata, lalu tersadar. Benar, kedua orang tuanya ada di sana. Tersenyum hangat menyambutnya.
** Â Â
Mungkin hari ini
Semua hanya mimpi
Tapi cepat atau lambat