Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Langit Seputih Mutiara] Risalah Toleransi

2 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 2 Januari 2019   08:24 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ingin mengecewakan penggemarnya, Assegaf membalas e-mail mereka satu per satu malam itu juga. Ditanggapinya tiap permasalahan dengan sabar. Ada yang kompleks, ada yang simple, ada juga yang childish. Salah seorang pendengar bercerita ia akan diceraikan istrinya karena mandul. Remaja tanggung bercerita kalau ia jadi secret admirer seorang gadis populer di sekolahnya, tapi tidak berani menyatakan cinta.

Problematika romantis yang paling menyakitkan adalah kisah cinta beda agama. Beda agama, beda negara pula. Assegaf tak banyak memberi saran di e-mail itu. Ia hanya menguatkan si pengirim e-mail dan pasangannya. Serasa seperti menguatkan diri sendiri.

Pekerjaan membalasi e-mail selesai satu jam kemudian. Laptop dimatikan. Calon pewaris Assegaf Group itu membaringkan tubuhnya, gundah menatap langit-langit kamar. Cinta, mengapa sebegitu menyakitkan?

**   

Alkitab terbuka di pangkuannya. Arlita membuka-buka lembaran kitab suci. Air matanya berjatuhan.

"Ya, Tuhan, maafkan aku...aku tak bisa lagi jadi saksi Kristus."

Isak tangis Arlita memenuhi kamar tidur mewah bernuansa off white. Malam ini, dia membaca Alkitab untuk teerakhir kali. Saatnya melepas apa yang telah ia peluk sejak kecil. Berat, namun ini pilihan.

Pindah agama tidak semudah pindah universitas. Ada banyak pertimbangan. Perlu kematangan dan kesiapan mental. Niat berpindah keyakinan telah mengakar di hati Arlita. Baru sekarang ia berani melakukannya.

Malam perpisahan dengan ajaran kasih dengan Maria dan Kristus sebagai ujung tombaknya. Selesai membaca, dimasukkannya Alkitab ke dalam kotak besar. Kotak itu telah terisi kalung salib, rosario, buku-buku rohani, surat tanda Baptis, album rohani, buku doa, dan pernak-pernik keagamaan lainnya. Arlita menutup rapat kotak itu, lalu meletakkannya di bawah ranjang. Selamat tinggal Alkitab.

Sebentuk Al-quran kecil berwarna keemasan tergeletak manis di meja. Diambilnya kitab suci itu, dipeluknya erat. Arlita menciumi Al-quran dengan air mata meleleh. Cairan bening membasahi sampul Al-quran.

"Ya, Allah, bimbinglah aku. Teguhkanlah aku di jalanMu. Aku akan belajar mencintaiMu. Aku memeluk ajaranMu karena aku sadar, ada yang lebih membutuhkanku...bila aku tak seiman dengannya, riskan aku bisa memenuhi apa yang dia butuhkan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun