"Pesawat Boeing 737 Max 8 QZ610 jatuh di Perairan Karawang. Berdasarkan laporan air trafic controller, pesawat ini jatuh tiga belas menit setelah lepas landas."
Luar biasa. Adica terkagum-kagum. Dalam kondisi sedih dan terguncang, Abinya mampu membawakan berita dengan sangat baik. Sama baiknya ketika dia sehat dan rileks. Begitu pintar Abi Assegaf mengatur pikirannya saat ini.
"Pesawat Boeing 737 Max 8 QZ610 mengangkut 189 orang...."
Suara lembut Abi Assegaf tetap stabil. Ia menjaga profesionalitas di studio. Kekaguman buncah di hati Adica.
** Â Â Â
"Calvin, mau kemana lagi kamu?"
Pemuda orientalis itu mempercepat langkah. Tanpa dijawab pun, seharusnya sang Papa sudah tahu. Tuan Effendi menjajari langkahnya.
"Aku mau ke Refrain, Pa." Calvin menjawab sabar.
"Ketemu Abi Assegafmu itu lagi? Sering sekali kau bertemu dengannya ya..." Nada suara Tuan Effendi berubah sarkastik.
Pintu mobil terbuka. Calvin buru-buru menyalakan mesin mobil, lalu meluncur pergi. SUV putih itu menuruni lereng bukit.
Calvin terus mendengarkan siaran breaking news kecelakaan pesawat dari radio mobil. Gemas rasanya saat terhambat kemacetan. Dapat ia rasakan keterpukulan sang penyiar. Ia bertekad sampai secepatnya di studio. Sama seperti Adica dan anggota keluarga Assegaf lainnya, Calvin pun sangat mencemaskan Abi Assegaf.