Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Tulang Rusuk Malaikat] Pernikahan Malaikat

5 November 2018   06:00 Diperbarui: 5 November 2018   06:08 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cermin besar di kamar tidur mewah bernuansa biru itu memantulkan refleksinya. Ini bukan kamarnya. Ia hanya meminjam satu dari tujuh kamar di rumah tepi pantai untuk berpakaian dan touch up.

Seraut wajah tampan itu tak sepucat dulu. Lingkaran hitam pertanda keletihan di bawah matanya perlahan menghilang. Meski demikian, tanda-tanda sakit masih terlihat. Dari bobot tubuhnya yang menurun drastis, jari-jari lentiknya yang kini rapuh, dan rambutnya yang kian menipis.

"Ah...!" serunya tertahan, melihat helai rambutnya rontok ke lantai.

Awal-awal kemoterapi, pemuda tampan itu sempat down saat melihat helai rambutnya yang berguguran. Namun, kini ia sudah terbiasa. Leukemia telah merampas beberapa hal dari hidupnya: waktu, proposal skripsi, rambut, dan karier modeling.

"Kamu tetap tampan, Calvin. Apa pun..."

Suara lembut diikuti bunyi geseran pintu kaca mengalihkan perhatian. Silvi berjalan anggun dari arah balkon kamar. Sosoknya begitu cantik dalam balutan gaun Dolce and Gabbana berwarna biru. Biru, senada dengan warna matanya.

"Kamu cantik sekali, Silvi." bisik Calvin, menatap kagum gadisnya.

Rona merah menepi di wajah Silvi. Ia peluk Calvin dari belakang.

"Kau harus lihat Syifa. Dia jauh lebih cantik hari ini."

"Tidak, tidak. Bagiku, kamulah yang tercantik."

"Kalau ada Mama Rose gimana?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun