Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | [Cemburu] Jangan Iri Pada Tuan Putri

4 November 2018   06:00 Diperbarui: 4 November 2018   06:44 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

-Assyifa Assegaf-

Range Rover hitam itu menepi di hadapanku. Sesosok pria muda tampan orientalis turun dari mobil. Dengan gallant, ia meraih lenganku.

"Ya ampun...Sayang, kamu nyetir sendiri? Kenapa nggak sama supir aja?" ujarku setengah memprotes.

Pria tampan itu tersenyum. Berbisik menenangkan. Katanya, ia baik-baik saja. Memangnya tidak boleh ya, penderita Granulomatosis Wegener membawa mobil sendirian? Sesaat berdebat dalam bisikan-bisikan lembut, hujan mengalihkan perhatian kami. Terburu dia menuntunku ke dalam mobil.

Beruntungnya jadi diriku. Aku, Asyifa Assegaf, putri tunggal Zaki Assegaf. Calon pewaris Assegaf Group. Aku dikelilingi dua pria tampan yang istimewa. Mereka selalu ada untukku. Abi Assegaf mencintaiku sepenuh jiwa. Adica memberikan waktu, perhatian, cinta, dan hartanya buatku.

Sebagai putri pengusaha, aku tak pernah lupa berbagi. Menyantuni dua panti asuhan sudah jadi agenda filantropiku tiap bulan. Memberangkatkan enam pelayan di rumahku umrah ke tanah suci jadi agenda beramalku setiap tahunnya. Demi Allah, hidupku terasa sempurna. Apa lagi yang harus dikeluhkan dari hidupku?

**    

-Silvi Gabriella Tendean


Bila kau hanya main-main saja

Sudah, kaubuang waktu percuma

Hati ini bukan untuk coba-coba

Jadi enyahlah kau (Marion Jola ft Rayi Putra-Jangan).

Diiringi alunan lagu, aku menari. Kedua kaki mungilku bergerak lincah. Aku membuat gerakan memutar, diikuti gerakan-gerakan koreografi lainnya yang memikat.

"Aku tidak pernah bermain-main, Princess."

Sebuah suara bass bertimbre berat, tetapi lembut dan empuk menyela aktivitasku. Diikuti wangi Blue Seduction Antonio Banderas. Atensiku terpecah. Refleks kutatap pria tinggi dan good looking yang tengah melangkah menghampiriku itu.

"Calvin?" sapaku sedikit gugup. Entahlah, aku merasa jatuh cinta berkali-kali saat menatap mata sipitnya.

Calvin membungkuk, mendekatkan wajah tampannya ke wajahku. "Koreografimu bagus, Princess. Siap tampil besok malam, kan?"

Bisikan maut mengalirkan kehangatan dalam urat darahku. Kapan pun aku siap tampil. Dirinya adalah penyemangatku selain Revan-kakakku-tentu saja.

Calvin dan Revan, dua pria paling hebat dalam hidupku. Aku sudah ikhlas karena tak punya dan tak kenal sosok ayah yang baik. Mereka berdua sudah lebih dari cukup untukku.

Revan, kakak tampanku yang berambut pirang dan bermata biru. Mata biru Revan juga kumiliki. Di kampus, kami dijuluki Kakak-Beradik Manado Borgo Bermata Biru. Dia pelindungku sejak kecil. Revan juga yang mengenalkanku pada sosok sebaik Calvin.

Berawal dari profesi kami bertiga yang sama: model. Calvin, aku, dan Revan satu agency. Cinta lokasi, seperti biasa. Aku dan Calvin saling mencintai. Lalu kami memutuskan bersama. Calvin memanggilku Princess. Cocok dengan kepribadian dan pembawaanku.

Selain modeling, ternyata hobi kami lainnya juga punya kesamaan: ngeblog. Meski disibukkan dengan padatnya jadwal pekerjaan dan mobilitas yang tinggi, aku dan Calvin tetap konsisten dengan pilihan kami. Kami terinspirasi orang-orang istimewa yang masih bisa berbagi pada banyak orang di tengah kesibukan.

Diriku, Silvi Gabriella Tendean, yang populer, dipuji banyak orang, sering mengenakan gaun-gaun mewah, selalu tampil cantik, memiliki pasangan tampan luar-dalam, punya otak brilian, super mandiri, dan banyak prestasi. Kusyukuri hidupku. Dengan cara apa aku mensyukurinya? Berbagi setiap minggu. Ya, aku punya jadwal rutin berbagi yang tak mungkin ditiru orang biasa. Enak kan jadi diriku?

Tapi...masih ada saja para pengacau dalam hidupku. Orang-orang yang iri padaku. Mungkin mereka cemburu. Cemburu karena mereka tidak memiliki apa yang kumiliki.

Terkadang mereka membullyku. Biasanya aku lebih memilih diam dan mendoakan mereka. Satu-satunya pelampiasanku saat di-bully mereka yang cemburu dengan hidupku adalah show off. Aku show off apa yang kumiliki dan tidak dimiliki orang lain. Kecantikan, prestasi, dan orang-orang yang dicintai.

Calvin tahu kebiasaanku. Dengan lembut, dia mengingatkanku untuk tidak sombong. Namun, apa peduliku? Calvin tak tahu apa yang kurasakan.

Biar saja kuberi pelajaran pada para pengacau itu. Agar mereka jangan iri dengan kehidupan tuan putri sepertiku.

**      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun