Hati ini bukan untuk coba-coba
Jadi enyahlah kau (Marion Jola ft Rayi Putra-Jangan).
Diiringi alunan lagu, aku menari. Kedua kaki mungilku bergerak lincah. Aku membuat gerakan memutar, diikuti gerakan-gerakan koreografi lainnya yang memikat.
"Aku tidak pernah bermain-main, Princess."
Sebuah suara bass bertimbre berat, tetapi lembut dan empuk menyela aktivitasku. Diikuti wangi Blue Seduction Antonio Banderas. Atensiku terpecah. Refleks kutatap pria tinggi dan good looking yang tengah melangkah menghampiriku itu.
"Calvin?" sapaku sedikit gugup. Entahlah, aku merasa jatuh cinta berkali-kali saat menatap mata sipitnya.
Calvin membungkuk, mendekatkan wajah tampannya ke wajahku. "Koreografimu bagus, Princess. Siap tampil besok malam, kan?"
Bisikan maut mengalirkan kehangatan dalam urat darahku. Kapan pun aku siap tampil. Dirinya adalah penyemangatku selain Revan-kakakku-tentu saja.
Calvin dan Revan, dua pria paling hebat dalam hidupku. Aku sudah ikhlas karena tak punya dan tak kenal sosok ayah yang baik. Mereka berdua sudah lebih dari cukup untukku.
Revan, kakak tampanku yang berambut pirang dan bermata biru. Mata biru Revan juga kumiliki. Di kampus, kami dijuluki Kakak-Beradik Manado Borgo Bermata Biru. Dia pelindungku sejak kecil. Revan juga yang mengenalkanku pada sosok sebaik Calvin.
Berawal dari profesi kami bertiga yang sama: model. Calvin, aku, dan Revan satu agency. Cinta lokasi, seperti biasa. Aku dan Calvin saling mencintai. Lalu kami memutuskan bersama. Calvin memanggilku Princess. Cocok dengan kepribadian dan pembawaanku.