Jeda begitu lama. Hening yang berlalu sangat menyakitkan. Walau tak terdengar, Calisa dapat merasakan denyut kekecewaan. Anton kecewa, sangat kecewa.
"Pria itu lagi," desisnya tak terima.
"Mengapa harus Calvin Wan? Apa istimewanya dia? Apa yang kaulihat dari dia?"
Lagi, sebuah penentangan. Sinyal-sinyal penentangan dari sang sepupu yang juga cinta masa kecilnya. Anton menentang kedekatan Calisa dengan Calvin.
"Dia malaikat tampan bermata sipitku."
Anton tertawa hambar. "Malaikat? Seperti itu kaukatakan malaikat?"
"Anton, haruskah mencintai ada alasannya? Bukankah cinta sejati adalah cinta tanpa syarat?"
Skakmat. Dua pertanyaan Calisa seperti skakmat baginya.
"Calvin telah merusak hubunganku denganmu, Calisa."
Klik. Sambungan diputus. Tubuh Calisa terasa dingin. Pelan, diletakkannya iPhone ke atas nakas. Setiap pilihan mengandung risiko.
** Â Â Â