Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malaikat di Ruang Putih, Jangan Biarkan Damai Ini Pergi

5 Oktober 2018   06:00 Diperbarui: 5 Oktober 2018   07:35 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan biarkan semuanya berlalu

Hanya padaMu Tuhan

Tempatku berteduh dari semua kepalsuan dunia (Chrisye-Damai BersamaMu).

Tergetar hati Calvin mendengarnya. Ya, Allah, siapakah sebenarnya pemuda ini? Tiap pagi ia selalu datang ke rumah sakit. Memandikan, menyuapi, meminumkan obat, dan menghiburnya.

Calvin menangis. Hidungnya berdarah. Dengan lembut, pemuda itu mengusap bersih darah dari hidungnya. Bertanya apakah Calvin baik-baik saja?

"Perlukah saya panggilkan dokter? Oh...atau Anda ingin menulis? Biar saya ketikkan. Saya dengar, Anda blogger yang tetap produktif kendati sakit ginjal."

"Tidak, tidak perlu. Saya masih kuat menulis sendiri. Siapa kamu sebenarnya? Mengapa kamu begitu baik pada saya?"

Pemuda itu menghela napas. Menimbang-nimbang, inikah saatnya?

"Apakah Anda masih ingat kematian pengusaha Michael Wirawan?" ujar si pemuda, malah balik bertanya. Disambuti anggukan Calvin. Kematian relasi bisnisnya itu sudah lama sekali.

"Ingatkah Anda pada anak kecil yang menangis paling keras saat pemakaman? Waktu itu, Anda memeluknya dan memberinya coklat."

Pemuda itu bangkit, lalu memegang tangan Calvin. "Saya Adica Wirawan, anak malang yang pernah Anda peluk dan Anda beri coklat di puncak kesedihan. Hangatnya pelukan Anda dan manisnya coklat masih terasa hingga kini. Dua pemberian Andalah yang menguatkan saya. Membuat saya tegar dan bertahan menjalani kerasnya hidup."

**     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun