Menjelang pagi, pemuda berjas rapi itu datang lagi. Ia menyapa Calvin, duduk di samping ranjangnya, lalu meletakkan biola. Ya, pemuda berjas rapi dan berparas oriental itu selalu membawa biola tiap kali datang ke rumah sakit.
Katakanlah pemuda itu mirip Calvin. Hanya saja, dalam versi lebih muda. Setiap pagi ia datang ke rumah sakit. Lihatlah apa yang dilakukannya.
"Hari ini Anda mau pakai jas yang mana, Pak Calvin?" tanya pemuda itu seraya membuka pintu lemari pakaian. Memilih-milih koleksi jas yang begitu banyak. Calvin enggan mengenakan pakaian rumah sakit. Dia lebih cinta jas mahalnya.
Setelah menemukan jas yang dimaksud, pemuda itu memeras kain washlap di sebuah baskom penuh berisi air hangat. Ia menyeka tubuh Calvin sampai bersih. Dipakaikannya jas ke tubuh pria berusia mendekati separuh baya namun masih terlihat rupawan itu.
"Nah, selesai..." Pemuda itu tersenyum kecil. Senang bisa membantu.
Menit berikutnya, ia menyuapi Calvin dan membantunya minum obat. Semua itu dilakukannya dengan sabar. Meski beberapa kali Calvin memuntahkan obatnya.
"Terima kasih..." kata Calvin lirih, sangat lirih.
"Tak perlu berterima kasih." Si pemuda menepis halus.
Sejurus kemudian, pemuda itu memainkan biola. Ia bernyanyi dan bermain biola, berusaha menghapus duka di hati Calvin dengan caranya.
Jangan biarkan damai ini pergi