Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Selingkuh Hati Malaikat Tampan] Yang Kutahu Cinta itu Indah

17 September 2018   06:00 Diperbarui: 17 September 2018   06:11 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tak usah menatap saya begitu. Ada yang bisa antar saya ke kantor?" Silvi menanyai ketiga supirnya.

Ketiganya mengangguk tanpa kata. Kurang dari sepuluh menit, Silvi meninggalkan rumah besar di lereng bukit dengan Bugatti Veyron hitam.

Perjalanan itu dilewati Silvi dengan membaca artikel-artikel terbaru Calvin. Ah, sudah lama sekali ia tak mengagumi bakat menulis suaminya. Mungkin ini salah satu sebab Calvin berselingkuh hati: kurang perhatian, kehilangan kehangatan Silvi. Tetap sama, pikir Silvi kagum. Ulasan-ulasan ekonomi, bisnis, dan renungan humaniora yang menyentuh. Sangat khas Calvin Wan.

Satu jam berselang, Silvi tiba di kantor. Kantor pusat jaringan supermarket yang dimiliki Calvin. Di sinilah tempat pengendalian distribusi barang, evaluasi, pelaporan, dan pengajuan produk dari pengusaha lokal yang ingin produknya dipasarkan di jaringan supermarket. Kantor pusat itu letaknya bersebelahan dengan salah satu gerai.

Benar, Calvin ada di sana. Silvi dapat melihat BMW putihnya di area parkir khusus direksi. Beberapa karyawan gerai yang kebagian shift siang menyapanya hormat. Silvi melangkah anggun memasuki kantor.

Suasananya tak berubah. Terakhir kali Silvi datang ke sini setahun yang lalu. Terlihat resepsionis melayani seorang tamu yang ingin mengajukan produk makanan organik untuk dijual di gerai. Satu-dua kali deringan telepon terdengar. Ruangan sebelah digunakan untuk pematerian calon-calon pegawai baru yang sedang menjalani masa training. Kesibukan yang sangat biasa.

Kata sekretarisnya, Calvin tak ada di ruangan. Ternyata ia di gerai. Cepat-cepat Silvi berjalan ke gedung di samping kantor. Melewati kerumunan orang yang menyemut di halaman supermarket, mencari tempat parkir.

Awal bulan begini, supermarket sedang ramai-ramainya. Jaringan supermarket ini memang menyasar 40% konsumen kelas atas. Namun, tak berarti diskriminatif pada konsumen menengah ke bawah. Semuanya diperlakukan sama. Sebab customer adalah raja.

Sepasang mata biru Silvi bergulir ke sekitar area supermarket. Tengah sibuk mencari Calvin, atensinya teralih oleh sesosok pria tua keriput berperut gendut yang berlari masuk sambil menangis. Pria tua itu hanya mengenakan kemeja putih polos dan celana bahan tak bermerk. Terlihat ia menghampiri pria lain yang tiga puluh tahun lebih muda darinya. Pria muda berjas dan bermata sipit itu menenangkan lelaki tua dengan sabar. Sangat hormat dan penuh kasih sayang pada lansia.

"Calvin...?" desah Silvi.

Soal sifat penyayang Calvin, Silvi sudah lama tahu. Namun, menyentuh sekali ketika melihatnya menampakkan sisi penyayang pada orang lain. Terlebih, orang yang sudah sangat tua dan sederhana. Silvi terus memperhatikan dari tempatnya berdiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun