Saat Calisa melakukan gerakan memutar dengan anggun, hati Calvin berdesir. Serasa terlempar dalam deja vu. Beberapa tahun sebelum menikahi Silvi, ia juga sering berjalan-jalan di runway. Membawakan koleksi terbaru desainer-desainer yang tak meragukan talentanya. Calvin mencintai profesi peragawan, sama seperti dirinya mencintai jaringan supermarket dan blog pribadinya.
Pria berjas grey itu terhipnotis pesona Calisa. Mata sipitnya tak lepas memandangi satu titik di catwalk. Usai penampilan Calisa, Calvinlah orang pertama yang memberikan applause. Disusul audience lainnya. Sukses menerbitkan senyum manis dari sang model.
"Good job, Calisa." Calvin melempar komplimen saat menemui wanita itu di backstage.
"Thanks. Because of you..."
Keduanya saling pandang penuh arti. Fashion show malam ini memuaskan. Calisa memang berbakat. Langsung saja akun Instagramnya banjir pujian netizen. Calvin begitu bangga pada wanitanya.
"Setelah ini, aku punya hadiah untukmu." bisik Calvin, mengedip misterius.
"Wow...apa itu?"
** Â Â
Kerlip bintang menyaingi pendar cahaya lampu kota. Meski begitu, dua entitas berbeda itu tetap memperindah malam. Citylight yang memesona berpadu dengan kilau bintang, nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan?
Tepat ketika tengah malam, Calvin mengajak Calisa kencan mewah berkeliling kota dengan Limousine. Tak ada BMW putih malam ini. Biarkan Limousine dengan supir pribadinya saja yang hadir. Limousine mewah itu melaju dalam kecepatan sedang.
"Jadi, ini hadiah yang kamu maksud?" Calisa membuat konklusi, melingkarkan lengannya di leher Calvin. Disambuti anggukan si pemilik Limousine.