Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari Raya Malaikat Kesepian

22 Agustus 2018   05:45 Diperbarui: 22 Agustus 2018   06:02 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari raya tiba, khidmat dan bahagia. Shalat Ied berlangsung khusyuk. Calvin mengimami shalat dengan stylenya. Pria tampan itu shalat dengan memakai jas, kebiasaannya sejak remaja. Mengadopsi shalat gaya Timur Tengah dan Turki.

Saat hewan-hewan itu dipotong, Calvin sengaja menghindar. Sebagai penyayang binatang, ia tak bisa melihat binatang dibunuh atau disiksa.

"Aku temani kamu," kata Calisa, memegang lembut tangan Calvin.

Di tengah kemeriahan hari raya, Calvin merasa kesepian. Ia masih belum berbaikan dengan Revan hingga tibanya hari raya penghormatan untuk Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ini. Calvin kesepian, sungguh kesepian.

"Jangan sedih. Seiring waktu, Revan akan mengerti." Calisa menghiburnya.

Ketika ekspresi wajah Calvin tak juga berubah, Calisa menyikutnya. "Come on. Berbahagialah. Nikmati saja hari rayanya. Beri penghargaan pada dirimu sendiri, karena tahun ini kamu bisa berkurban dua ekor sapi. Aku hanya bisa satu. Itu karena kamu lebih kaya dan hebat dariku."

Senyuman tipis merekah perlahan di wajah tampan Calvin. Ia tebarkan sugesti positif di hati. Membenarkan ajakan Calisa untuk menikmati hari raya.

Beberapa jam berikutnya, Calvin sendiri yang membagikan daging kurban. Ia tak mau dibantu sesiapa. Alphard mewahnya dipenuhi kantong-kantong plastik dan kotak-kotak besar.

Calvin turun ke jalan membagi-bagikan daging pada mereka yang membutuhkan. Pria tampan itu tidak canggung berbaur dengan orang miskin dan terlantar. Dengan cepat, kantong-kantong plastik itu berpindah tangan. Dari tangan malaikat tampan bermata sipit ke tangan tunawisma, anak jalanan, juru parkir, pengemis, penarik becak, supir angkutan umum, penjaga vihara, penyapu jalan, penjaga palang pintu kereta, dan pemulung. Sekejap saja, aksi Calvin merebut hati para pengguna jalan. Mereka semua terpana. Melihat mantan peragawan melenggang di jalan raya dan berbagi kasih. Menatapi senyum tulusnya, tatapan teduhnya, dan caranya berbagi.

Hati Calvin terasa ringan. Senang rasanya melihat wajah-wajah penuh senyum saat menerima pemberiannya. Seorang anak jalanan berkata lugu padanya, kalau ia dan keluarganya hanya bisa makan daging setahun sekali. Perkataan polosnya sukses membuat Calvin terharu. Betapa tak beruntungnya anak itu. Tetiba Calvin teringat daging melimpah di rumahnya, pesta-pesta sosialite yang didominasi menu dari olahan daging, dan suplai daging di Saudi Arabia untuk jamaah Haji. Kontras sekali dengan anak jalanan itu.

Aksi berbaginya tak berjalan mulus. Sebungkus daging terakhir di tangannya ditolak oleh seorang lelaki tua berpakaian kotor. Nampaknya dia seorang tunawisma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun