Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari Raya Malaikat Kesepian

22 Agustus 2018   05:45 Diperbarui: 22 Agustus 2018   06:02 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kenapa memangnya?" Calvin balik bertanya.

"Wajahmu pucat sekali. Dan kamu kelihatan banyak pikiran."

Calvin mendesah. Enggan bercerita pada pria berdarah Jawa, Belanda, dan Arab itu. Meskipun bertetangga dan telah lama kenal dekat, Calvin tak semudah itu membuka hati.

"Ya sudah kalau aku tak boleh tahu. Ehm...ke masjid yuk. Prepare buat besok."

Calvin meraih kunci mobil di atas nakas. Berjalan mengikuti Bram ke halaman. Sambil berjalan, ia meminta maaf karena melupakan kewajibannya. Ia menyesal tak bisa memimpin mereka dengan baik untuk penyambutan hari raya.

"No problem. Mungkin kamu lagi banyak masalah. Pemimpin kan juga manusia," Bram tersenyum penuh pengertian.

Ada sebelas unit rumah di lereng bukit itu. Rata-rata dihuni milenials sukses bergaji besar. Ada yang sudah berkeluarga, ada pula yang masih melajang. Calvin menjadi orang nomor satu di lingkungan itu. Bukan karena rumahnya paling besar dan mewah. Bukan pula karena kekayaannya. Melainkan karena kebaikan hati dan jiwa kepemimpinannya.

Sejak dipimpin Calvin, lingkungan tempat tinggal elite itu berbeda dari kompleks elite lainnya. Kompleks perumahan elite identik dengan individualistis dan ego tinggi. Sesama penghuni tak peduli, bahkan tak saling kenal. Sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Jangan samakan lingkungan tempat tinggal Calvin dengan mereka. Perlahan, Calvin mengajak mereka untuk hidup harmonis dan saling mengasihi. Tak mudah melakukan pendekatan pada sebelas keluarga kaya dan sibuk. Pada akhirnya ia berhasil. Berhasil membimbing mereka dengan sabar dan penuh kasih. Itulah sebabnya Calvin terpilih menjadi orang nomor satu di lingkungan rumah mewah sebelas unit di lereng bukit.

Sudah ada tujuh keluarga penghuni unit-unit rumah besar di lereng bukit ketika Calvin tiba di masjid. Masjid bawah bukit itu bercat putih. Perpaduan arsitektur Timur dan Barat menjadikan masjid ini unik. Kaligrafi Arab, huruf-huruf Mandarin, dan tulisan Latin terukir indah di pilar, dinding keramik, dan tangga marmer. Masjid dua lantai ini dibangun beberapa pengusaha mualaf keturunan Tionghoa dan Indo-Eropa. Calvin menyumbangkan dana besar untuk pembangunannya.

"Hei, ada Pak Ketua RT ganteng. Kayaknya kamu aja deh, ketua lingkungan paling ganteng di Indonesia." sambut Calisa ceria di depan kaki tangga.

Beban berat di hati Calvin terurai. Ia lega karena Calisa tidak bersikap dingin padanya. Seolah tak terjadi apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun