Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Air Mata Seorang Blasteran

20 Agustus 2018   05:40 Diperbarui: 20 Agustus 2018   05:55 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kalimat terakhir membuat hati Revan terasa dingin. Mengapa Calvin bicara begitu? Sebersit kekaguman memerciki hati. Calvin Wan memang multitalenta. Bukan hanya pintar menyanyi, modeling, menulis, ngeblog, dan berbisnis. Ia juga pintar memasak.

"Hutspot sama kroketnya pasti buat Anton. Dia kan hobi banget tuh sama kuliner-kuliner khas Belanda. Trus ketan susu, rendang, sama satenya buat orang nyeleneh kayak Albert." tunjuk Revan pada makanan-makanan yang disebutkannya.

"Ehm...ada yang sebut namaku ya? Biasalah, orang ngetop banyak yang sirik."

Sebuah suara barithon terdengar dari pintu pantry. Albert baru tiba. Ketiga lelaki tampan beda etnis itu bertoast.

"Kamu kan memang nyeleneh, dokter bule. Sukanya makanan Indonesia mulu. Makanan luar negeri nggak mau sama sekali." ledek Revan, menaik-turunkan alisnya.

"Kalau kamu perempuan, sudah kucium kamu. Sayangnya aku masih normal. Jadi, nggak terprovokasi kata-katamu." Albert menanggapi, pura-pura dingin. Sukses membuat Calvin dan Revan tertawa.

"Percuma mau aktingnya kayak gimana. Kamu nggak bisa jadi orang cool, Albert."

Kali ini dokter ganteng blasteran Jawa-Jerman-Skotlandia itu memasang ekspresi pura-pura marah. Sementara Revan mengerjai Albert, Calvin teringat sesuatu. Ia berniat membuat satu jenis kue lagi. Masih ada waktu.

Bergerak memunggungi dua sahabatnya, Calvin membuka lemari bahan. Diambilnya tepung, telur, gula, pasta pandan, dan mentega. Ditimbangnya bahan-bahan itu, membuat takaran tepat sesuai resep. Pengusaha retail itu tak peduli jasnya akan kotor bila terlalu lama berinteraksi dengan bahan-bahan kue.

"Hei malaikat tampan bermata sipit, kamu lagi ngapain?" goda Albert, menirukan panggilan kesayangan Silvi.

Revan menghantamkan spatula ke punggung Albert. "Hanya sepupuku yang boleh panggil Calvin begitu!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun