Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pilih Pria Infertil Berhati Malaikat atau Pria Sehat Berhati Jahat?

16 Agustus 2018   06:02 Diperbarui: 16 Agustus 2018   07:12 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kebaikan sangatlah berharga. Memang tak ada yang sungguh-sungguh ideal di dunia. Tetapi kebaikan bisa diusahakan dan ditemukan. Ironisnya, sekarang ini sangat sulit menemukan seseorang, apa lagi pria, yang benar-benar baik.

Kebaikan erat kaitannya dengan ketulusan. Tulus dan ikhlas melahirkan kebaikan. Kebaikan melahirkan kasih. Kasih melahirkan cinta. Cinta melahirkan kebahagiaan.

Tak mudah menjadi orang baik. Sebaliknya, mudah sekali menjadi orang jahat. Makanya sulit sekali menemukan orang baik di dunia.

Ok, beralih ke pilihan kedua. Pentingkah menjaga kelangsungan keturunan? Lebih penting mana, meneruskan keturunan atau menemukan kebaikan?

Bila hanya mementingkan keturunan, mudah saja. Namun, apakah mereka yang bisa membuat wanita memiliki keturunan sudah terbukti dan teruji kebaikannya? Belum tentu. Jangan mudah percaya. Jangan mudah puas dan bahagia karena jaminan hadirnya keturunan.

Ladies, sesekali gunakan logika. Jangan hanya pakai perasaan. Kan aku punya hati, seperti lagunya Kahitna. Tapi aku, dan kita semua juga punya logika. Logikanya begini. Buat apa menikah tetapi ujung-ujungnya selalu bertengkar dan bermasalah? Buat apa memiliki banyak anak tapi tak bisa mengurus dan bertanggung jawab pada mereka?

Punya anak itu berat. Jangan hanya senang dan statusnya saja. Tanggung jawabnya besar.

Belum tentu pria yang menanamkan benih di rahim wanita memiliki hati yang baik dan bertanggung jawab. Sedikit sekali pria yang benar-benar baik dan tulus. Bukankah sering kita dapati kasus pria yang tak bertanggung jawab setelah menghamili seorang wanita? Itu merupakan bukti, bahwa pria memang jahat. Terlebih pria yang merasa sehat. Merasa lebih kuat dan superior, sementara wanita inferior di matanya.

Tak selamanya pria yang sehat dan mampu meneruskan keturunan diimbangi dengan kebaikan hati dan tanggung jawab. Mudah bagi mereka yang sehat untuk memperdaya, menipu, dan menyakiti wanita. Mereka cukup kuat untuk membuat wanita menderita. Mudah saja, seperti lagunya Sheila on 7, bagi mereka untuk lari dari tanggung jawab.

Seakan pikir mereka, begitu punya keturunan, urusan selesai. Tak perlu lagi berbaik hati dan bertanggung jawab. Kalau perlu, siap-siap lagi menambah istri untuk mendapat keturunan dari wanita lain. Terkadang kesehatan dan kekuatan yang termiliki disalahgunakan untuk menyakiti.

Sebaliknya, bagaimana bbila kalian para wanita, dipertemukan dengan pria infertil tapi berhati malaikat? Percaya atau tidak, penyakit sering kali bisa membuat orang menjadi lebih baik. Banyak orang akhirnya insyaf dan bertaubat setelah diberi penyakit. Sakit dapat membalikkan hati seseorang ke arah kebaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun