Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

KKN (Kuliah Kerja No Empati)

26 Juli 2018   06:01 Diperbarui: 26 Juli 2018   06:10 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

First impression Young Lady cantik tentang kegiatan KKN yang tengah dijalani: not good. Tidak ada kesan baik atau menyenangkan tiap kali terlibat kegiatan ini. Sejak awalnya pun sudah tidak menyenangkan.

Mau tak mau jadi kecewa juga memilih universitas yang mewajibkan KKN sebagai syarat wajib. Young Lady tak tahu persis, apakah semua universitas di Indonesia mewajibkannya? Barangkali Kompasianers ada yang tahu? Coba share sama Young Lady nanti ya.

Buat Young Lady, KKN ini sama sekali tak ada gunanya. Buang-buang waktu, buang-buang uang, perencanaannya kurang sistematis, dan tetap saja anggota kelompoknya tidak punya rasa peduli. Sebelas orang disatukan dalam sebuah kelompok. 

Lalu kelompok yang tidak saling kenal itu membuat program-program untuk memajukan desa. Sementara itu, desa yang menjadi target program telah maju dan sudah tidak layak disebut 'desa' lagi. Terlebih desa yang menjadi lokasi KKN rawan dengan aksi kejahatan. Warganya apatis karena sudah kecanduan gawai.

Belum lagi soal budget yang cukup besar. Tak masalah bila semua mahasiswanya mampu. Tapi, bagaimana kalau ada mahasiswa kurang mampu dalam kelompok itu? 

Haruskah ia dipaksa juga mengeluarkan budget besar hanya untuk 40 hari yang tak ada gunanya? Terlebih jika tak ada transparansi dalam penggunaan anggaran yang kelewat besar.

Young Lady cantik takkan perhitungan kalau mengeluarkan uang untuk beramal pada kaum duafa atau untuk orang-orang yang dicintai. Tapi, jujur saja, Young Lady menjadi sangat perhitungan kalau budgetnya untuk KKN. Silakan saja mengatakan Young Lady pelit. I don't care. Seperti lagunya Afgan, tak peduli.

Dosen pembimbing juga mempersulit saat kelompok KKN yang dibimbingnya membuat janji bertemu. Bukannya membimbing, malah mempersulit mahasiswanya. Apatisme dan ketidakpedulian menjadi kesan pertama yang ditunjukkannya.

Keramahan palsu yang dibuat-buat, Young Lady rasakan itu. Sepuluh anggota kelompok di kanan-kiri Young Lady mengesankan diri begitu ramah, hangat, dan wellcome. Namun, sebenarnya mereka no empati. Mereka semua tipe mahasiswa-mahasiswa idealis, kaku, dan mempertontonkan keramahan sebagai kepura-puraan. Tertangkap rasa iri dan antipati.

My mom tidak mengizinkan Young Lady menginap di rumah yang dijadikan posko KKN. Terlalu berisiko, katanya. 

Lagi pula, belum tentu anggota kelompok peduli dan memahami Young Lady. Alhasil Young Lady tidak tinggal bersama mereka. Young Lady pun tidak pernah makan bersama mereka. Sepertinya Young Lady cantik tak bisa makan semeja dengan orang-orang kelewat antipati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun