Hal yang paling menyulitkan adalah ketika harus turun ke lapangan. Belum lagi ketika medannya sulit. Ada satu momen dimana kelompok KKN harus turun ke sawah dan mengambil sampah dengan gerobak beroda. Itulah yang dicemaskan Young Lady.
Belakangan ini, tekanan darah Young Lady turun rendah sekali. Sejak terkena virus dan infeksi. Praktis Young Lady cantik tak bisa berdiri lama-lama. Luka karena infeksi pun terkadang masih meninggalkan rasa sakit. Sudah Young Lady jelaskan kondisinya pada mereka. Sama saja, tak ada pengertian sedikit saja.
Lebih disesalkan lagi, tak ada dispensasi/tugas pengganti sebagai kebijakan untuk meringankan mereka yang sakit atau punya keistimewaan khusus. Universitas tetap mewajibkan KKN bagi yang sakit maupun difabel.Â
Whereas KKN sering kali tidak sesuai porsi dan memberatkan bagi orang-orang seperti mereka. Letak kesulitannya adalah ketika ada aktivitas-aktivitas yang mengharuskan turun ke lapangan dengan medan yang sulit dan asing. Sayangnya, universitas tidak memberi kebijakan untuk mereka yang istimewa.
Masih perlukah KKN dipertahankan? Di negara-negara maju, tak ada program seperti ini. KKN sudah kehilangan esensinya sebagai kegiatan yang edukatif dan bermanfaat.Â
Seiring perkembangan teknologi dan kemajuan di berbagai sektor kehidupan, program KKN nampaknya sudah tidak relevan lagi.Â
Dari pada mewajibkan mahasiswanya KKN, mengapa tidak diberikan syarat wajib yang lebih mendidik lagi? Misalnya, mahasiswa diwajibkan membuat buku.Â
Waktu yang digunakan untuk KKN bisa dialihkan untuk menulis buku. Program seperti itu justru akan meningkatkan kreativitas, tanggung jawab, kompetensi, dan intelektualitas mahasiswa itu sendiri.Â
Dengan menulis buku, mahasiswa dilatih untuk mengasah kreativitas, melakukan research untuk mendapatkan data/referensi tulisannya, dan sebagai sarana aktualisasi diri. Setelah buku itu selesai ditulis, bukankah bisa diterbitkan?
 Tidakkah itu jauh lebih berguna dibandingkan program KKN yang sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H