Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berdialog dengan Tokoh Fiksi, Mengapa Tokoh Protagonisnya Non-Pribumi? (Bagian 2)

20 Juli 2018   05:52 Diperbarui: 20 Juli 2018   06:18 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Siapa yang terakhir? Fahri Ayat-Ayat Cinta?" Young Lady tertawa kecil, teringat sesuatu.

"Protagonis dari salah satu novel yang kaubacakan dengan tulus dan sepenuh hati untuk gadis cantik yang kesepian? Calvin, you still remember. Kaubacakan novel itu setiap hari, di sela kesibukanmu. Di sela jadwal aktivitasmu yang kutahu sangat padat."

Calvin mengangguk sambil lalu. Mendesak Young Lady untuk menjawab komplainnya.

"Tenang dulu, Calvin. Tenang...tidak semua kok prosa Indonesia tokoh protagonisnya Pribumi. Tere-Liye menempatkan Non-Pribumi sebagai tokoh baik. Tuh lihat, Cie Hui Bidadari-Bidadari Syurga, Koh Acan Hafalan Shalat Delisa, Kinasih Moga Bunda Disayang Allah, Goughsky Hafalan Shalat Delisa, dan Vin Rembulan Tenggelam di Wajahmu. Aisha, Hulya, dan Maria Ayat-Ayat Cinta juga tokoh baik dari kalangan Non-Pribumi. A Ling Laskar Pelangi juga tokoh baik. Rosi, Novera, Indah, dan Siska dalam Dim Sum Terakhir juga ditempatkan dalam posisi protagonis. Ervin Daniswara dalam Miss Pesimis yang diceritakan punya keturunan bule dari Omanya, sangat protagonis. Geecha, si protagonis dalam novel Boysitter, juga Non-Pribumi."

"Ok fine, tapi mengapa tokoh protagonisnya kautempatkan dari kalangan Non-Pribumi? Mengapa tokoh Non-Pribumi, khususnya pria, yang harus tertindas, teraniaya, bersedih, dan terluka?"

Mendengar nada komplain bercampur sedih, Young Lady tersentuh. Menatap lembut mata Calvin, Young Lady berkata lembut.

"Membalikkan stereotip, Calvin. Tak selamanya Non-Pribumi itu harus selalu diidentikkan dengan kecurangan, kerakusan, dan kejahatan. Tak semua Pribumi tertindas. Justru banyak Pribumi yang menindas dan melukai Non-Pribumi. Aku ingin menghapus stereotip, that's all."

"Mengapa tokoh protagonis Non-Pribumi harus dibuat semenderita itu?"

"Hanya untuk membalikkan stereotip. Membuka mata pembaca dan mempengaruhi pikiran mereka. Selama ini, banyak Non-Pribumi yang baik hati. Banyak pula Non-Pribumi yang setia, tulus, dermawan, dan salih, tetapi tertindas dan terluka. Orang-orang di negeri ini sudah terlanjur addict menggeneralisir kesalahan segelintir orang dengan menyalahkan semua orang dari golongan itu. Sedih ya, jadi kita."

Kini Calvin mengerti. Memahami sepenuhnya peletakan posisi protagonis dan antagonis. Semata ingin membalikkan stereotip yang terlanjur mendarah daging.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun