Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dipaksa Mengaku Copas dan Dosen Fanatik, Potret Buruknya Kualitas MKDU yang Tidak Sesuai Porsinya

7 Juli 2018   06:18 Diperbarui: 7 Juli 2018   08:35 931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Nah, bicara soal jera, Young Lady jadi makin jera dengan semua tentang keagamaan di kampus. Ups...jera, seperti lagunya Bunga Citra Lestari. Bagaimana tidak jera? Sudah berulang kali Young Lady dizhalimi dan didiskriminasi bila menyangkut perkara keagamaan di universitas.

Kalau begini terus, Young Lady jadi makin kesepian di tengah umat seagama. Sakit hati rasanya mendapati tuduhan tak berdasar dan dipaksa mengakui kesalahan yang sama sekali tak dilakukan. Walaupun tuduhan itu dilayangkan pada semua mahasiswa, baik yang bersalah maupun yang tidak. Tetap saja rasanya sakit. Telah susah payah mengerjakan tugas dengan jujur tanpa plagiat, tetiba dituduh melakukan kejahatan terselubung dalam dunia literasi.

Plagiarisme adalah kejahatan dalam dunia kepenulisan. Pelakunya sama sekali tidak menghargai karya dan kreativitas orang lain. Namun, bukan berarti semua orang layak dituduh plagiator. Masih banyak orang-orang bersih di dunia.

Young Lady tak pernah dan tak mau melakukan plagiat, sekecil apa pun. However, Young Lady juga seorang blogger. Seorang Kompasianer cantik yang suka menulis cantik. Prinsip Young Lady, salah satu bagian dari menulis cantik adalah no plagiat. Young Lady juga tak mau tulisan-tulisan cantik Young Lady diplagiat orang lain. Sebagai orang yang suka menulis, Young Lady tahu rasanya dan cukup peka. Makanya tak mau plagiat, termasuk untuk urusan tugas kuliah.

Tuduhan plagiarisme itu menyakitkan. Terlebih diucapkan oleh seorang pendidik yang mengajarkan nilai keagamaan. Apakah sudah sedemikian buruknya kualitas para praktisi dan pengajar keagamaan di tanah air? Lihat saja. Banyak kekacauan di negeri ini, akar persoalannya adalah agama. Lebih dalam lagi, para pembawa masalah dan pembuat kekacauan adalah pemeluk agama fanatik. Ironis, kan?

Fanatisme beragama ternyata telah merasuki pengajar bidang studi keagamaan pula. Tak baik bila institusi pendidikan diisi oleh orang-orang fanatik. Kasihan anak bangsa yang harus menerima pengajaran dari para pendidik fanatik macam ini. Selamanya mereka dan apa yang mereka lakukan akan dianggap salah. Menurut para penganut agama yang fanatik, hanya merekalah satu-satunya yang benar. Orang lain salah. Bahaya, kan?

Kalau sekadar perfectionist, no problem. Tapi kalau sudah mencapai taraf fanatik, itu baru bahaya. Semuanya dianggap salah. Hanya dirinya yang paling benar.

Celakanya, para fanatik ini memiliki peluang besar untuk berubah menjadi radikalis. Mental radikalis, teroris, pengantin, dan apa pun itu, siap-siap saja merongrong jiwa para fanatik. Jujur saja ya. Young Lady paling benci pemeluk agama fanatik, tak peduli apa pun agama mereka.

Kasus tuduhan pengajar mata kuliah keagamaan itu menjadi potret buruknya kualitas MKDU di lembaga pendidikan tinggi. Tuduhan tak berdasar itu berlebihan. Apa lagi yang diajarkan ini hanyalah MKDU, bukan mata kuliah ilmu murni yang menjadi fokus utama. Para pengajar mata kuliah ilmu murni saja tak seekstrem itu, mengapa pengajar MKDU harus sebegitu berlebihan?

Seakan MKDU adalah yang paling utama. Porsinya melebihi mata kuliah lainnya. Kenyataannya tidak begitu. Yang lebih utama adalah disiplin ilmunya. Proses perkuliahan MKDU yang hanya 2 SKS selama satu semester, ditambah lagi sering absennya dosen penuduh itu, dan tuduhan tak berdasar jelang detik-detik pemasukan nilai, sangat berlebihan dan tidak sesuai porsinya.

Hmmmm Young Lady jadi ingin berdoa: Ya Tuhan, bila memang takdirku adalah dosen atau pengajar, tetap lembutkanlah hatiku agar aku bisa mengajar murid-muridku kelak dengan adil, lembut, sabar, dan penuh kasih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun