Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pria Sejati Takkan Menyimpan dan Menahan Perasaannya

31 Mei 2018   15:41 Diperbarui: 31 Mei 2018   16:11 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi-pagi sebelum ujian akhir, Young Lady menerima telepon. Sebuah suara bass yang empuk menyapa indera pendengaran. Damai rasanya mendengarkan suara salah satu dari sedikit orang yang dicintai. Pemilik suara bass itu seorang pria tampan, sosok yang menginspirasi Young Lady. Ia memberi support, lalu menutup telepon.

Ternyata ia tak ingkar janji. Seorang pria pernah mengajari Young Lady cantik: pria sejati tidak akan membiarkan dirinya ditelepon wanita. Prialah yang harus menelepon wanita, apa pun dan bagaimana pun situasinya. Jangan sampai wanita yang menelepon pria. Begitulah seharusnya cara pria sejati menelepon wanita.

Dan ternyata, pria tampan inspirasi di balik "Calvin Wan" itu melakukan apa yang dikatakan Young Lady. So, apakah "Calvin Wan" tergolong pria sejati? Eits, belum tentu. Hanya sekali dia baru membuktikannya. Perlu pembuktian lainnya sebelum menunjukkan "Calvin Wan" pria sejati atau bukan.

Pendapat tentang urusan telepon antara pria dan wanita diungkapkan oleh seorang pria. Dalam hati, Young Lady antara setuju dan tidak setuju. Setuju atas beberapa alasan.

Pertama, pria sejati tidak akan merasa dirinya dibutuhkan. Pria sejati tidak akan menganggap dirinya penting, layak dibutuhkan, atau dicari-cari wanita. So, biarlah dirinya saja yang mencari wanita sebelum si wanita mencarinya. Selalu ada untuk wanita, begitulah sifat pria sejati. Tanpa diminta pun, ia akan berinisiatif mencari wanitanya. Termasuk dalam urusan menelepon.

Kedua, pria sejati tidak akan membiarkan harga diri wanita jatuh. Walaupun tak selalu benar, wanita yang sering menelepon pria akan dianggap agresif, tak punya harga diri, dan tak tahu malu. Bahkan bisa-bisa disangka wanita gampangan. Apa lagi dalam budaya ketimuran.

Nah, pria sejati tidak akan membiarkan harga diri wanitanya jatuh atau image si wanita menjadi buruk di mata orang lain. Salah satu cara melindungi harga diri wanita adalah, si pria duluan yang meneleponnya. Kesannya agar si wanita tidak dipandang terlalu agresif atau terlalu terobsesi pada prianya.

Ketiga, pria sejati tidak akan perhitungan pada wanita yang dicintainya. Namanya menelepon, pasti harus memakai pulsa atau kuota internet kan? Ada biaya yang harus dikeluarkan. Bila dia pria sejati yang sungguh-sungguh mencintai wanita, ia takkan perhitungan mengeluarkan uang untuk sekadar menghubungi wanitanya. Eits, ini bukan berarti boros ya. Hanya saja, cinta-tidaknya pria sejati pada wanita dapat dilihat dari seberapa perhitungannya dia pada si wanita.

Seperti kata Bunga Citra Lestari di lagunya, aku wanita. Young Lady ini wanita. Mau juga dong ditelepon duluan oleh pria, diantar pulang, dipeluk, dan diberi kata-kata lembut. Soal telepon-menelepon ini sensitif. Sering ada tarik ulur antara pria dan wanita tentang siapa yang harus memulai duluan. Gengsi masih dikedepankan.

Seperti di awal, Young Lady katakan antara setuju dan tidak setuju soal konvensi saling telepon antara pria dan wanita. Tiga alasan untuk setuju telah dikemukakan. Sekarang tinggal sebab ketidaksetujuannya.

First, mengobati kerinduan. Hei guys, rindu itu manusiawi. Wajar kok memiliki perasaan rindu pada lawan jenis. Bersyukurlah bila orang yang kita rindukan masih bisa kita jangkau. Agar bisa menebus rindu, wanita tak usah ragu menelepon pria duluan. Yah, sebatas rindu mendengar suaranya, atau mengecek keadaannya baik-baik saja atau tidak.

Second, terjebak dalam keadaan darurat. Misalnya wanita butuh bantuan pria. Kondisinya begitu mendesak, sementara si pria belum tahu apa yang terjadi. Otomatis harus telepon duluan kan? Bagaimana pria mau tahu kalau tidak di-contact duluan? Atau sebaliknya, bila terjadi sesuatu pada pria dan dia tak mampu menelepon lebih dulu. Wanita bisa meneleponnya duluan untuk memastikan dan memberi bantuan bila memungkinkan.

Third, memuluskan pendekatan. Di masa-masa pendekatan, di saat itulah yang paling menentukan ke arah mana suatu hubungan akan dibawa selanjutnya. Ketika pendekatan, diperlukan komunikasi yang intens untuk memudahkan pria dan wanita dalam mengambil keputusan. Bagaimana mau ambil keputusan kalau komunikasi saja tidak dibangun? Bagaimana mau menjatuhkan pilihan jika tidak saling mengenal lebih dalam? Tak ada salahnya wanita menelepon pria untuk memuluskan jalan pendekatan dengan pria.

Ya, begitulah. Balik lagi ke diri pria dan wanita. Tujuan menelepon ini untuk apa, dan dalam situasi apa. Sebab yang paling tahu hanya mereka yang menjalaninya. Namun, letak keberanian dan pembuktian ada di tangan pria. Sebelum wanita, prialah yang harus lebih dulu membuktikan jika dirinya benar-benar pria sejati yang layak untuk wanita. Kompasianers, kalian sendiri lebih pilih menelepon duluan atau ditelepon duluan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun