Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Spesial] Melodi Silvi, Malam Penuh Syafaat untuk Malaikat Tampan Bermata Sipit

30 April 2018   06:21 Diperbarui: 30 April 2018   08:27 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Keamanan di sini kurang terjamin."

"Customer servicenya kurang ramah. Mungkin bisa digantikan dengan orang yang lebih ramah dan murah senyum."

"Pindahkan saja customer servicenya ke bagian gudang, ganti dengan orang baru. Masa melayani penitipan barang dan membantu membungkus barang belanjaan tidak ada ramah-ramahnya sama sekali?"

Senyum tipis menghiasi wajah tampannya. Ternyata kotak ini masih ada gunanya juga. Pengaduan di medsos yes, via kotak saran yes. Bagi konsumen yang tidak memakai medsos-kebanyakan gen X atau baby bummer yang cenderung gaptek-masih bisa punya akes untuk melancarkan komplain atas pelayanan supermarket yang kurang memuaskan. Kurang apa jaringan supermarket satu ini? Pelayanan berbelanja maksimal, pelayanan untuk pengaduan pun diakomodir. Tak heran bila pengunjungnya loyal dan tak mau berpaling ke kompetitor.

Selesai membaca beberapa pengaduan dengan gaya tulisan khas tulisan orang tua, Calvin berganti pakaian. Kini ia tak jauh berbeda dengan para karyawan lainnya. Orang yang tak kenal baik jaringan supermarket ini akan mengiranya karyawan biasa. Nyatanya, Calvin Wan memang ingin dikenal sebagai orang biasa.

Mulailah ia berhadapan dengan konsumen. Berdiri di meja kasir, mengoperasikan mesin cash register dengan cekatan. Konsumen pertama yang dilayaninya seorang gadis berbaju ketat dengan rambut dikepang. Gadis itu berulang kali mengedip nakal padanya. Ia sengaja berlama-lama saat memberikan uang untuk membayar barang belanjaannya. Menatap genit ke arah Calvin, si gadis berkata.

"Cakep-cakep kok jadi kasir. Mendingan jadi pacarku. Boleh minta WA kan? Atau...IG nya aja boleh kan?"

Mendengar itu, Calvin hanya tersenyum. Tak menjawab pertanyaan si gadis genit. Kesal pertanyaannya tidak dijawab, si gadis mengentakkan kakinya.

"Jawab dong! Apa susahnya sih? Jangan belagu ya, kamu sih ganteng. Tapi kan cuma kasir!"

Lama sekali ia tak mau mundur dari meja kasir. Sikapnya membuat jengkel para pengunjung yang antre di belakang. Seorang ibu paruh baya dengan rambut beruban malah berpindah ke meja kasir di lajur sebelah kanan. Tak tahan antre berlama-lama dan menyaksikan kelakuan sok centil kids zaman now yang menggoda laki-laki tampan.

Beberapa karyawan dan SPG yang kebetulan lewat, mendelik mendengarnya. Gemas melihat kelakuan kids zaman now satu itu. Andai saja ia tahu siapa Calvin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun