Cobalah berpikir realistis. Apakah setelah mendapat gelar sarjana lalu menikah, kehidupan akan mapan dan bahagia? Apakah orang tua akan langsung merestui bila menikah segera setelah lulus kuliah? Belum tentu kehidupan pernikahan lebih baik dibandingkan kehidupan sebelum menikah. Pernikahan bukanlah cara untuk mengubah hidup, melainkan cara untuk mendewasakan dan menambah tanggung jawab. Tanggung jawab orang yang telah menikah jauh lebih besar.
Menikah sebelum mapan adalah perbuatan nekat. Kalau tidak bisa dikatakan sebagai perbuatan bodoh. Bila cepat lulus sarjana hanya karena ingin menikah, apa yang bisa diharapkan untuk pasangan yang kita nikahi? Apakah gelar sarjana cukup untuk menghidupi dan mulai untuk berkeluarga? Bodoh dan tidak logis bila ada yang ingin cepat-cepat menikah setelah lulus S1, apa lagi yang nekat menikah saat masih kuliah. Kecuali bila sudah siap dengan risiko, tanggung jawab, dan kelapangan finansial. Itu lain lagi ceritanya.
Kompasianer, setujukah kalian bila menikah digunakan sebagai motivasi untuk cepat-cepat menyelesaikan kuliah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H