Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menulis Cantik Itu Berat, Kau Takkan Kuat: Namun Aku Selalu Salah

12 Maret 2018   06:05 Diperbarui: 12 Maret 2018   06:43 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bukannya menuruti bujukan untuk makan, Young Lady malah menulis dengan cantik. Jika tak mau, maka Young Lady tak mau. Sampai tulisan cantik ini tayang, Young Lady belum dan tidak ingin makan. Di samping karena malas, juga sebagai pelampiasan untuk merusak diri sendiri. Biar saja begitu. Toh ada atau tidak, kehadiran Young Lady cantik memang tidak pernah diinginkan dan dihargai.

Sepertinya Young Lady memang selalu salah. Salah terus, apa pun yang dilakukan. Tapi walaupun salah, tetap cantik. Tak terbantahkan.

Kemarin Young Lady cantik disalahkan. Disalahkan gegara menyebut agama lain di tulisan cantik sebelumnya. Katanya, menyebut agama lain itu tidak bagus. Bisa memancing hal yang kurang baik.

Detik itu Young Lady hanya terdiam. Menatap kosong, lalu mundur. Menghela nafas pasrah, dan mengucap doa yang biasa diucapkan saat sedang tertimpa kesedihan: Laa illaha illa anta, subhanaka inni kuntu minazzalimin.

Sepertinya ini salah Young Lady cantik. Bila Refleks tangan dan pikiran yang bekerja bersamaan. Sudah Young Lady jelaskan. Tapi kau tak pernah ada pengertian, seperti lirik lagunya D`Masiv.

Celakanya, yang menyalahkan itu justru yang dekat. Bila yang jauh atau tak dikenal, Young Lady takkan peduli. Stay cool saja. Tapi ini yang dekat. Hmmmm......

Young Lady cantik memang selalu salah. Padahal kalau kalian semua tahu, menulis cantik itu berat. Ada hal-hal tertentu yang tidak dipahami tentang Young Lady cantik dalam menulis. Misalnya saja, membuat analogi. Memangnya gampang membuat analogi dengan lirik lagu? Tidak, tidak gampang. Butuh referensi, wawasan musik yang luas, kecerdasan linguistik, dan hafal banyak lagu.

Cara Young Lady menulis cantik pun tidak sama. Pokoknya ada yang berbeda. Tidak ada yang bisa memahami kecuali kalian bertukar jiwa-seperti kata Tulus dalam lagunya-dengan Young Lady. Dan jangan harap Young Lady akan beri tahu bagaimana caranya. Kalian takkan mengerti.

Kecewa? Jelas kecewa. Karena yang dekat itu, yang inspiratif dan lumayan oke itu, telah ingkar. Gambarannya begini: Calvin telah berjanji pada Silvi untuk berusaha tidak terlalu to the point lagi. Nah, kali ini Calvin mengulangnya lagi.

Jika Young Lady ingin mengomentari, membetulkan yang salah, atau mengungkapkan ketidaksetujuan pada yang dekat atau yang disayangi, ada seninya sendiri. Lebih diperhalus, lebih dilembutkan lagi. Sebab Young Lady suka memanggil orang-orang terdekat dengan panggilan khusus atau panggilan sayang, pertama panggillah ia dengan panggilan khusus itu hingga menyentuh hatinya. Mengawalinya dengan kata maaf juga dapat menyamankan hati. Setidaknya yang dipanggil merasa tenang, nyaman, dan tidak insecured. Lalu berikan pemahaman dengan cara halus. Itu yang akan dilakukan Young Lady. Entah bagaimana cara orang lain yang melakukannya.

Honestly, Young Lady memendam kecewa. Kekecewaan yang dingin jauh lebih menakutkan dibandingkan teriak kemarahan. Berdialog dengan diri sendiri, lalu berdialog dengan yang tak kasat mata. Bbarangkali bila sudah tak ada yang bisa tulus di dunia, bisa mencoba berkomunikasi dengan yang ada di dunia lain. Toh makhluk-makhluk astral tak kasat mata terkadang lebih pengertian dibandingkan makhluk hidup yang bisa diajak bicara.

Memangnya mudah menulis cantik? Jawabannya: berat dan tidak mudah. Perlu kerja keras dan pemikiran lebih untuk menyusun tiap tulisan hingga menjadi cantik dan punya ciri khas. Lalu setelah bekerja keras, berpikir, dan berlelah-lelah menulis, disalahkan begitu saja dengan to the point oleh orang yang dekat? Sampai di sini Young Lady hanya bisa menyesali.

Berkomentar ada seninya. Membetulkan kekeliruan juga ada seninya. Benarkanlah dengan halus. Biar menghangatkan hatinya, sebutlah dulu namanya. Bermain kata dengan cantik dan halus nampaknya layak dipertimbangkan.

Sebab kita tidak tahu, bagaimana proses kreatif individu dalam menulis atau menciptakan sebuah karya. Jika karya yang susah payah dibuat lalu disalahkan dengan cara yang tidak enak, muncullah rasa tidak dihargai dan tidak diinginkan.

Actually, sekarang ini Young Lady sedang tak bergairah untuk menulis. Tapi terlanjur kecewa. Ya tulis saja dengan cantik.

Refleksinya, pahamilah proses kreatif orang lain dalam berkarya. Bila ingin mengkritik atau membetulkan, lakukan dengan cara halus. Kritik yang membangun itu bagus, tapi tetap hati-hati agar tidak mengecewakan atau menyakiti individu yang ingin kita kritik.

Kompasianer, Young Lady cantik selalu salah. Iya kan?

**     

Paris van Java, 12 Maret 2018

Tulisan cantik, memendam kecewa yang tertahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun