Selama menikah dengan Tian, Silvi tidak bahagia. Tian tidak pernah mencintainya. Silvi hanya dijadikan sebagai boneka seksnya.
Tak tahan menjalani pernikahan itu, Silvi menggugat cerai suaminya. Praktis mereka pun bercerai. Tiga tahun setelah bercerai, Silvi menikah lagi dengan Calvin.
Calvin pria istimewa. Ia tampan, kaya, dan multitalenta. Sama seperti Silvi, ia juga seorang model dan penulis terkenal. Silvi bahagia bersama Calvin.
Silvi sadar bahwa Calvin tipe pria penyabar, setia, dan konsisten. Hatinya lembut, sempurna untuk dicintai. Bukti konsistensinya adalah, Calvin tak pernah menyentuh Silvi. Tak pernah melukai dan menyiksa Silvi demi kepuasan biologisnya. Calvin pun berjanji untuk tidak menduakan Silvi.
Memiliki suami super tampan tetapi infertil dan punya riwayat kanker sama sekali bukan aib memalukan untuk Silvi. Kini ia justru sangat bahagia.
Kompasianer, apa pendapat kalian tentang ilustrasi di atas? Selain poligami dan pengkhianatan, hal lain yang paling dibenci Young Lady adalah seks. Bukan hanya karena seks adalah hal tabu yang tidak layak diperbincangkan secara terbuka. Melainkan juga ada ketakutan tersendiri terhadap hal-hal yang berhubungan dengan seks.
Ironisnya, seks yang menjadi hal sensitif dan tabu, justru dipraktikkan secara menyimpang di ranah agama. Lihat saja tagar "MeToo", "MosqueToo", dan "ChurchToo" yang berkelebatan di media sosial. Mencerminkan pengakuan wanita-wanita yang menjadi korban pelecehan seksual di tempat ibadah, saat melakukan ibadah, dan oleh pemuka agama.
Dilansir dari bbc.com, puluhan wanita, termasuk juga wanita Indonesia mengaku pernah mengalami pelecehan seksual saat beribadah Haji. Hal ini memicu keberanian para wanita untuk menceritakan yang sebenarnya. Bahwa mereka pun pernah mengalaminya. Tagar "MeToo" menjadi antitesis dari ketakutan wanita-wanita korban pelecehan seksual oleh pemuka agama. Mulanya mereka takut, kini keberanian mulai bangkit untuk mengungkap cerita kelam.
Miris sekali mendapati praktik-praktik pelecehan seksual pada wanita justru terjadi di lingkungan keagamaan yang kuat. Tempat ibadah yang idealnya menjadi tempat aman bagi umat, berubah menjadi tempat pelecehan seksual tersembunyi oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab. Pemuka agama, yang semestinya memiliki iman, kharisma, dan cinta kasih, memberikan ketenangan dan rasa nyaman bagi umat, berganti rupa menjadi sosok pemburu seks yang menjadikan umat wanitanya sebagai boneka pemuas kebutuhan biologis. Keselamatan wanita menjadi terancam di rumah ibadahnya sendiri.
Tulisan cantik ini bukan hanya teguran bagi para pemuka agama saja. Melainkan untuk semua pria yang membacanya. Young Lady ingin tegur kalian. Jangan tersinggung ya.
Coba jawab dengan jujur: saat para pria jatuh cinta dengan wanita, apa soal seks menjadi pertimbangan utama? Bagaimana wanita cantik dan seksi, menarik di mata pria sebagai objek. Atau wanita yang kurang dalam masalah seks menjadi tidak menarik di mata kalian?
Bila pria hanya menyukai wanita sebagai objek seksualnya, sebagai boneka seks pemuas kebutuhan biologisnya, pria telah melakukan kesalahan besar. Rasa suka seperti itu bukan lagi datang dari hati. Rasa itu datang dari nafsu.
Patutkah mempertahankan rasa yang datang dari dorongan nafsu? Tidak, sebaiknya periksa lagi kebersihan hati kalian. Apakah rasa suka, sayang, dan cinta hanya sebatas seks?
Sering kali dosen-dosen pria di kelas melontarkan lelucon yang menjurus ke arah seks. Di saat banyak mahasiswa tertawa, Young Lady cantik tidak. Seks bukanlah referensi yang tepat untuk dijadikan candaan. Ketika mereka bercerita dengan bangga tentang istrinya, tentang melayani lebih prima di akhir pekan, Young Lady sama sekali tidak menikmati cerita itu. Tutup mata dan tutup telinga saja.
Honestly, Young Lady paling membenci pria yang hanya bisa melihat wanita sebagai objek. Seks dan pemuas kebutuhan biologis, hanya itu yang ada di pikiran. Sebaliknya, Young Lady cantik sangat mengagumi pria-pria yang mencintai dan memandang wanita bukan karena objek seksualnya. Pria yang menjaga, melindungi, dan menghargai wanita. Pria yang tidak pernah menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Pria yang tidak pernah membicarakan seks secara vulgar, terbuka, dan berpotensi menyakiti wanita. Sayangnya, tipe pria seperti itu sangat langka. Praktis kepercayaan Young Lady pada makhluk Tuhan bernama pria kian terkikis dari waktu ke waktu.
Sebaiknya wanita selalu hati-hati. Jangan pernah mau dijadikan boneka seks saja oleh pria. Jangan mudah percaya pada pria yang mengaku cinta, suka, dan sayang. Cek dulu apa motifnya. Tuluskah? Atau hanya ingin menjadikan wanita sebagai boneka seksnya? Membuka hati boleh saja, tapi berhati-hati jauh lebih baik.
Para pria, jangan pernah menyakiti dan melecehkan wanita secara seksual. Tanyakan lagi pada diri sendiri, apa tujuan sesungguhnya mencintai seorang wanita? Bila mencinta hanya demi pemuas kebutuhan biologis, makna cintanya dangkal sekali.
Lantas, apakah wanita-wanita yang lemah dan tidak bisa memenuhi kebutuhan biologis pria tidak layak dicintai? Tidak semua wanita sanggup melakukannya. Ada kondisi-kondisi tertentu yang membuat mereka lemah. Seharusnya pria tahu itu.
Di ranah apa pun, pelecehan seksual pada wanita sangat tidak relevan. Tidak ada aturan yang membenarkan pelecehan seksual terhadap wanita. Jangan jadikan agama dan kekuasaan sebagai alasan untuk menjadikan wanita sebagai boneka seks. Begitu pula ketika menikahi dan menjadikan wanita sebagai pasangan hidupnya. Jangan menikahi wanita hanya karena ingin dipuaskan kebutuhan biologisnya. Nikahilah wanita karena cinta.
Pria sejati takkan menjadikan wanita sebagai boneka seks. Cinta sejati bukanlah soal seks, melainkan soal rasa dan hati. Dan bila wanita yang dinikahi tak bisa memenuhi kebutuhan biologis pria, jangan jadikan hal itu sebagai penyebab poligami. Wanita bukanlah boneka yang mudah diganti dan dibuang bila sudah tak lagi indah dipandang dan enak dimainkan.
Buatlah wanita merasa aman, nyaman, sehat, dan bahagia. Cintai mereka setulus hati. Jangan pernah mencintai mereka karena dorongan kebutuhan biologis semata.
Kompasianer, maukah kalian membuat para wanita aman, bahagia, dan tidak mencintai mereka karena seks?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H