Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Jadikan Wanita sebagai Boneka Seks

2 Maret 2018   05:28 Diperbarui: 2 Maret 2018   16:21 2026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila pria hanya menyukai wanita sebagai objek seksualnya, sebagai boneka seks pemuas kebutuhan biologisnya, pria telah melakukan kesalahan besar. Rasa suka seperti itu bukan lagi datang dari hati. Rasa itu datang dari nafsu.

Patutkah mempertahankan rasa yang datang dari dorongan nafsu? Tidak, sebaiknya periksa lagi kebersihan hati kalian. Apakah rasa suka, sayang, dan cinta hanya sebatas seks?

Sering kali dosen-dosen pria di kelas melontarkan lelucon yang menjurus ke arah seks. Di saat banyak mahasiswa tertawa, Young Lady cantik tidak. Seks bukanlah referensi yang tepat untuk dijadikan candaan. Ketika mereka bercerita dengan bangga tentang istrinya, tentang melayani lebih prima di akhir pekan, Young Lady sama sekali tidak menikmati cerita itu. Tutup mata dan tutup telinga saja.

Honestly, Young Lady paling membenci pria yang hanya bisa melihat wanita sebagai objek. Seks dan pemuas kebutuhan biologis, hanya itu yang ada di pikiran. Sebaliknya, Young Lady cantik sangat mengagumi pria-pria yang mencintai dan memandang wanita bukan karena objek seksualnya. Pria yang menjaga, melindungi, dan menghargai wanita. Pria yang tidak pernah menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Pria yang tidak pernah membicarakan seks secara vulgar, terbuka, dan berpotensi menyakiti wanita. Sayangnya, tipe pria seperti itu sangat langka. Praktis kepercayaan Young Lady pada makhluk Tuhan bernama pria kian terkikis dari waktu ke waktu.

Sebaiknya wanita selalu hati-hati. Jangan pernah mau dijadikan boneka seks saja oleh pria. Jangan mudah percaya pada pria yang mengaku cinta, suka, dan sayang. Cek dulu apa motifnya. Tuluskah? Atau hanya ingin menjadikan wanita sebagai boneka seksnya? Membuka hati boleh saja, tapi berhati-hati jauh lebih baik.

Para pria, jangan pernah menyakiti dan melecehkan wanita secara seksual. Tanyakan lagi pada diri sendiri, apa tujuan sesungguhnya mencintai seorang wanita? Bila mencinta hanya demi pemuas kebutuhan biologis, makna cintanya dangkal sekali.

Lantas, apakah wanita-wanita yang lemah dan tidak bisa memenuhi kebutuhan biologis pria tidak layak dicintai? Tidak semua wanita sanggup melakukannya. Ada kondisi-kondisi tertentu yang membuat mereka lemah. Seharusnya pria tahu itu.

Di ranah apa pun, pelecehan seksual pada wanita sangat tidak relevan. Tidak ada aturan yang membenarkan pelecehan seksual terhadap wanita. Jangan jadikan agama dan kekuasaan sebagai alasan untuk menjadikan wanita sebagai boneka seks. Begitu pula ketika menikahi dan menjadikan wanita sebagai pasangan hidupnya. Jangan menikahi wanita hanya karena ingin dipuaskan kebutuhan biologisnya. Nikahilah wanita karena cinta.

Pria sejati takkan menjadikan wanita sebagai boneka seks. Cinta sejati bukanlah soal seks, melainkan soal rasa dan hati. Dan bila wanita yang dinikahi tak bisa memenuhi kebutuhan biologis pria, jangan jadikan hal itu sebagai penyebab poligami. Wanita bukanlah boneka yang mudah diganti dan dibuang bila sudah tak lagi indah dipandang dan enak dimainkan.

Buatlah wanita merasa aman, nyaman, sehat, dan bahagia. Cintai mereka setulus hati. Jangan pernah mencintai mereka karena dorongan kebutuhan biologis semata.

Kompasianer, maukah kalian membuat para wanita aman, bahagia, dan tidak mencintai mereka karena seks?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun