Yah, benar kok kalau Young Lady itu cantik. Kompasianer cantik berbaju putih dan bermata indah, karena warnanya biru. Berbeda dengan warna mata kebanyakan orang Indonesia. Princess berwajah rupawan bergaun putih yang datang ke Kompasianival 2017 lalu. Peri Kecil yang suka main piano, begitu kata salah satu senior yang manis. So what? Orang cantik boleh menulis politik, kan?
Nekat memang. Namun Young Lady sudah terlanjur gemas. Gemas, kesepian, dan ingin sedikit cari perhatian dengan cara yang cantik. Jadi, tulis saja dengan cantik.
As usual, ini tentang salah satu idola di panggung politik Indonesia. Siapa coba? Taraaa, iya benar. Basuki Tjahaja Purnama, a.k.a Ahok. Mantan Bupati Belitung Timur dan Gubernur DKI Jakarta super kece dan super charming, tapi masih kalah charming dibandingkan "Calvin Wan" dan calon rohaniwan kece yang punya pelukan terhangat sejagat.
Kabarnya, Basuki Tjahaja Purnama mengajukan PK atas kasus penodaan agama yang menimpanya. Setelah 8 bulan menjalani masa tahanan, akhirnya sebuah langkah baru diambil. Didampingi tiga kuasa hukum, sidang perdana PK berlangsung 26 Februari 2018.
Good job. Very very good. Akhirnya, ada langkah baru. Akhirnya bangkit lagi untuk memperoleh keadilan.
Actually, Young Lady ingin pria super kece idola Young Lady itu bebas. Bersih dari segala tuduhan. Terlepas dari hukuman yang tidak pantas diterimanya. Tidak pantas karena bukan salahnya.
Beredar isu tentang alasan Basuki Tjahaja Purnama mengajukan PK. Bagaimana tidak, banding saja batal. Mengapa tiba-tiba PK?
Ada yang menduga, ini permainan politik. Lantaran tahun depan sudah Pilpres, dan ada peluang di balik celah sempit, saatnya diambil. Sementara dilansir dari kompas.com, Basuki Tjahaja Purnama mengajukan PK karena membandingkan vonis antara Buni Yani dengan dirinya.
Pro dan kontra pasti ada. Terserah saja, itu kembali pada pemikiran masing-masing individu. Berbagai pendapat berkelebatan. Suka maupun tidak suka.
Pertanyaannya, apa salahnya mengajukan PK? Tidak, sama sekali tidak salah. Tiap orang berhak mendapat keadilan. Yang tidak bersalah sudah sepatutnya dibebaskan. Bukankah kata Atticus Finch di Novel To Kill A Mocking Bird tempat dimana orang mendapat keadilan adalah di pengadilan?
Nah, Basuki Tjahaja Purnama layak mendapatkannya. Pengajuan PK sah, adil, dan terhormat. Apa pun alasannya, PK tidak salah. Semua orang yang terjerat kasus hukum berhak melakukannya.
Buat kalian para radikalis garis keras, mau membantah? Cobalah buka mata hati kalian. Mengajukan PK jauh lebih terhormat dibandingkan menghindari kasus hukum dengan menabrak tiang listrik dan lari ke Timur Tengah dengan alasan umrah selama satu setengah tahun. Orang terhormat akan bertindak dan berbuat dengan cara terhormat pula.
Mungkin Pak Basuki Tjahaja Purnama masih berharap seperti kata lagunya Isyana Sarasvati, untuk dibebaskan dan mendapat keadilan. PK yang diajukan adalah cara terhormat untuk mendapatkannya. Cara terhormat itu harus kita apresiasi dan kita dukung, bukannya diprotes.
Ingin protes lagi? Ingin gelar aksi 212, 313, 411 jilid 2 dan selanjutnya? Silakan saja. Tapi keadilan tetap akan berbicara. Saat keadilan bicara, kita tahu mana yang benar dan salah. Kalaupun tak ada keadilan di dunia, keadilan di akhirat akan berbicara.
Bicara soal aksi-aksi konyol dan wasting time ini, Young Lady jadi ingat kejadian dua tahun lalu. Saat itu beberapa mahasiswa yang duduk di dekat Young Lady sibuk berdiskusi mengenai aksi 411. Salah satu mahasiswa yang dikenal alim, cerdas, dan disukai banyak akhwat berhijab syar'i memengaruhi teman-temannya untuk ikut aksi tersebut.
 Dalil-dalil agama ia kemukakan. Akhwat berhijab di samping Young Lady, yang memang menyukai ikhwan sok alim itu, langsung mendukung. Maunya sih cari perhatian. Tapi sebaliknya, Young Lady tertawa angkuh dan buru-buru pergi.Â
Sengaja memutar dengan anggun di depan mereka, hingga ujung gaun cantik berpotongan mewah berwarna soft pink yang dikenakan Young Lady berdesir lembut. Konyol dan tidak ada gunanya melakukan aksi-aksi itu, pikir Young Lady.Â
Kelihatan sekali kalau mahasiswa-mahasiswa yang terlibat di dalamnya termasuk golongan "Muslim fanatik yang menyebalkan" menurut istilah Young Lady cantik. Islam yang sok fanatik, sok alim, sok benar, dan merasa paling suci.
Itu hanya cerita kecil saja tentang betapa tidak setujunya Young Lady cantik pada aksi-aksi tersebut. Toh gelaran aksi macam itu banyak muatan politiknya.
Bicara tentang politik, kembali ke masalah pengajuan PK. Bilapun ada tujuan politiknya di sini, misalnya Basuki Tjahaja Purnama akan maju di Pilpres 2019, itu bagus sekali. Syukur-syukur mendampingi Jokowi.Â
Mereka akan menjadi pasangan Capres-Cawapres yang super. Ideal yes, charming yes, kece yes. Dibandingkan Wiranto, Prabowo, Anies, AHY, atau yang lain-lainnya, Basuki Tjahaja Purnama bisa menjadi pasangan yang sempurna untuk mendampingi Jokowi dalam Pilpres 2019 nanti.
Kompasianer, PK itu tidak salah, kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H