Bagi Calvin Wan, tak ada hari libur untuk menulis, berbagi, dan mencintai. Sebuah ulasan tentang wacana populis Donald Trump ditulisnya dengan sempurna. Buku tebal yang berkisah tentang cinta itu dibukanya. Dibacakannya untuk Silvi. Ia rekamkan buku itu untuk mantan istrinya. Walau telah terpisah, walau terbentur kegagalan untuk bertemu. Ia tetap mencintai Silvi dengan caranya sendiri. Tak ada hari libur untuk mencintai.
Susah payah Calvin bangkit dari ranjang. Blogger, pengusaha, dan mantan peragawan super tampan itu tertatih menghampiri grand pianonya. Memainkan jemarinya di atas tuts-tutsnya. Menyanyikan lagu kenangannya.
Ada cinta yang sejati
Ada sayang yang abadi
Walau kau masih memikirkannya
Aku masih berharap kau milikku (Isyana Sarasvati-Masih Berharap).
** Â Â Â
Adik yang pengertian. Selalu ada di saat sang kakak terjatuh dan terluka. Adica melakukan peran itu dengan sempurna.
Pukul 18.00 hingga 05.00, waktunya sempurna milik Calvin. Lelah seharian berkutat dengan urusan perusahaan keluarga bukan alasan untuk berhenti memperhatikan dan mencintai kakak sulungnya. Dalam seminggu, ada dua hari libur kerja. Namun tak ada hari libur untuk mencintai dan menyayangi.
Tergesa-gesa si anak tengah dalam keluarga itu membuka pintu paviliun rumah sakit. Terbelalak menatapi kertas-kertas bernoda darah yang berserakan di lantai dekat tempat tidur.
"Apa-apaan ini, Calvin?" tanya Adica geram.