Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Tak Ada Hari Libur untuk Mencintai

23 Februari 2018   17:57 Diperbarui: 23 Februari 2018   18:08 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Samar-samar ia merasakan tubuhnya diangkat. Beberapa orang berbisik. Disusul hardikan seseorang. Lalu terdengar suara kain diperas. Sesuatu yang hangat menyentuh kulitnya. Disusul wangi sabun.

Air hangat lagi. Gerakan yang lembut tetapi tegas berulang-ulang menyentuh tubuhnya. Calvin tahu pasti, siapa yang melakukan ini untuknya.

"Terima kasih ya," kata pemilik suara dan tangan yang menyeka tubuhnya itu, tak lain Adica.

"Sejak kamu sakit, aku belajar banyak hal baru. Belajar bersabar, belajar ilmu kedokteran, belajar tentang kanker, dan belajar memandikan orang sakit."

Ya, kini Adica sudah banyak berubah. Lebih sabar. Meskipun masih sedingin sebelumnya. Lebih pengertian dan peka terhadap orang-orang sakit. Ilmunya bertambah tentang penyakit kanker dan penanganannya.

"Tak ada hari libur untuk mencintai...kau tahu itu, kan?"

Calvin tersenyum. Kini Adica membantunya berpakaian.

"Aku tak mengerti mengapa kamu suka warna hitam." ujar Adica.

"Sejak kamu bercerai dengan Silvi, hampir setiap hari kamu memakai pakaian hitam."

"Hitam tanda duka, Adica. Sepertinya aku masih belum bisa lepas dari rasa kehilangan." jelas Calvin.

Tak mampu merespon, Adica terdiam. Ia memahami, sangat memahami. Hati kakaknya hancur sejak perceraian itu. Sejak hati dan tubuhnya terpisah dari Silvi. Kenyataan pahit lainnya, ia harus merelakan Silvi bersama Revan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun