"Berhenti, Adica." kata Calvin perlahan.
Spontan Adica menghentikan laju kursi roda. Menatap kakaknya penuh tanya.
"Kenapa, Calvin?"
"Aku tidak mau pakai kursi roda,"
"Tapi..."
"Aku kuat. Aku masih bisa berjalan sendiri."
Syifa menautkan alisnya. Dokter Rustian mulai cemas. Sementara Adica menatap Calvin tajam.
"Mampukah seorang penderita kanker ginjal yang kelelahan selesai kemoterapi dan cuci darah berjalan sendiri?" tanya Adica ragu.
"Aku bisa. Jangan terlalu banyak khawatir."
Sesaat si anak tengah yang sangat sayang pada kakaknya itu ingin mendebat. Namun Syifa memberinya tatapan memohon. Adica menyerah. Mengawasi dengan cemas saat Calvin bangkit dari kursi rodanya.
"Kak Calvin, are you ok?" Syifa berbisik lembut, sorot matanya memancarkan kekhawatiran.