Pintu balkon bergeser terbuka. Seorang wanita paruh baya dengan rambut digelung ketat melangkah masuk. Terpaku menatap tuan mudanya.
"Tuan...Tuan baik-baik saja?" tanyanya cemas.
Refleks Calvin menengadah. Tenggelam dalam lamunaan membuatnya tak menyadari kehadiran asisten rumah tangga baik hati dan loyal ini. Bagaimana tidak loyal, ia sudah bekerja untuk keluarga besar sejak Calvin belum lahir.
"Saya baik-baik saja," jawab Calvin lirih.
"Wajah Tuan pucat sekali. Sakitnya kambuh lagi? Apa perlu saya panggilkan salah satu supir keluarga yang masih bangun untuk mengantar Tuan ke rumah sakit?"
"Tidak, tidak. Saya tidak sakit." Calvin berkata, lembut menenangkan.
Calvin tinggal sendirian di rumah besar itu. Beberapa supir dan asisten rumah tangga tak pernah jauh dari jangkauannya bila dibutuhkan. Tinggal sendirian di rumah yang sangat besar terkadang menciptakan rasa kesepian mendalam. Sepi, sendiri, gloomy.
"Baiklah. Saya tinggal dulu ya, Tuan. Oh iya, ini ada titipan dari calon Nyonya."
Senyum merekah di wajah tampan Calvin begitu menerima kotak kecil berwarna biru-keperakan. Sejurus kemudian ia beranjak kembali ke kamarnya. Naik ke tempat tidur, berbaring, lalu membuka kotak itu.
** Â Â Â Â