"Allah," Dinda bergumam lirih.
"Iya."
Mendengarkan cerita Dinda, mencuri air matanya, dan berusaha meringankan beban kesedihannya membuat hati Calvin terasa lebih ringan. Dinda sendiri tak tahu mengapa langsung mempercayai Calvin. Pria rupawan ini terlalu baik untuk ditolak. Terlalu lembut dan sabar untuk ditepis kehadirannya.
Teh di gelas mereka telah habis. Calvin menggamit lengan Dinda. Membawanya naik ke atas panggung.
"Aku merasakan apa yang kamu rasakan, Dinda. So, aku bisa mencuri air matamu." bisik Calvin tepat di telinga wanita cantik itu.
Calvin Wan dan Dinda Pratiwi, sepasang pria dan wanita dengan luka yang sama. Pedih yang sama.
Mereka berdua terpagut dalam duka. Bernyanyi, diiringi alunan piano yang mereka mainkan.
Ada cinta yang sejati
Ada sayang yang abadi
Walau kau masih memikirkannya
Aku masih berharap kau milikku