Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengalah, Tanda Kebesaran Jiwa

27 Januari 2018   06:09 Diperbarui: 27 Januari 2018   08:24 1452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Janganlah berkecil hati. Mengalah pun termasuk bagian dari toleransi. Di saat sekarang ini praktik-praktik intoleransi bermunculan tanpa henti, masih ada yang mau mengalah dan toleran. Hello Dear, toleransi bukan hanya soal perbedaan etnis dan agama saja ya. Melainkan mencakup semuanya, tak terkecuali perbedaan kepentingan. Siapa mau mengalah demi kepentingan orang lain, dialah sosok yang berani, kuat, toleran, dan berjiwa besar. Hanya orang berhati seluas samudera yang bersedia mengalah.

Sebelum menutup tulisan cantik ini, Young Lady ingin sedikit curhat lagi. Actually, Young Lady ingin menulis surat dengan cantik untuk cinta masa kecil Young Lady. Surat cantik untuk cinta masa kecil yang juga sepupu jauh yang cukup rupawan. Ingin mengungkapkan sisa-sisa rasa sedih karena harus melepas impian, sekaligus dorongan hati untuk tetap ikhlas dan mengalah. Dan jujur saja, Young Lady merasa kesepian, sebab merasa tak ada yang mengerti dan peduli pada gadis secantik ini. 

Seperti lagunya Isyana Sarasvati, Masih Berharap, lagu yang semalam dicoba dibawakan dengan cantik lewat instrumen piano, Young Lady cantik masih berharap ada yang mengerti, ada yang memahami. Memahami seorang gadis kesepian. That's all. Ah Kompasianers tak tahu. Sebenarnya Young Lady cantik suka menulis surat. Surat-suratnya ditujukan untuk orang-orang yang dicintai, khususnya untuk pria-pria charming yang pernah, sedang, atau telah singgah di hati Young Lady cantik. Namun surat-surat itu tak pernah dikirimkan. 

Di zaman serba canggih seperti sekarang ini, Young Lady cantik masih suka menulis surat karena menghargai prosesnya. Proses menulis, hingga lembaran kertas itu penuh berisi surat, mulai dari pembuka sampai penutup. Young Lady menikmati prosesnya saja. Menikmati proses itu perlu kan? Yang serba instan juga tak selamanya baik.

Kompasianer, pernahkah kalian mengalah untuk orang lain?

**     

Paris van Java, 26 Januari 2018

Tulisan cantik, setelah bermain piano dengan cantik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun