Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengalah, Tanda Kebesaran Jiwa

27 Januari 2018   06:09 Diperbarui: 27 Januari 2018   08:24 1452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Seorang Kompasianer charming bersuara bagus sosok inspiratif di balik tokoh "Calvin Wan" entah menganjurkan atau menyuruh Young Lady cantik untuk berhenti memikirkan kesempatan emas yang terpaksa harus dilepas itu. Namunn, layaknya lirik lagu Isyana Sarasvati, Young Lady masih memikirkannya. Terkadang muncul satu pertanyaan di kepala: benarkah keluarga dan orang yang akan menikah berubah menjadi egois? Entahlah, Young Lady belum menikah. Dan sepertinya tidak akan melakukannya. Terlalu riskan bagi orang seperti Young Lady.

Sekali lagi, Young Lady cantik harus mengalah demi sebuah pernikahan. Padahal orang lain yang akan menikah, bukan Young Lady. Merasa tidak adil? Tidak juga.

Bisa saja Young Lady merasa tidak adil. Pasalnya, Young Lady cantik yang paling tidak beruntung soal asmara bila dibandingkan dengan anggota keluarga lainnya. Mereka pandai mendapatkan pasangan dan memikatnya hingga ke jenjang pernikahan. Sedangkan Young Lady cantik? Pasangan saja tak punya. Berusaha sudah, membuka hati sudah. Single forever nampaknya jadi takdir hidup. Diusir calon Romo pernah, dimata-matai pastor Belanda juga pernah.

 Tidak disukai teman perempuan karena dianggap perebut kekasih orang juga pernah. Disangka perebut suami orang? Pernah dong, sakit tapi enak. Dipeluk mantan gay yang sudah tobat, itu juga pernah. Mana ganteng dan suaranya bagus lagi. Rumit ya, jadi orang cantik malah hidupnya tak tenang. Sampai-sampai Young Lady berpikir, buat apa cantik, berprestasi, dan menginspirasi banyak orang kalau ujungnya tak laku dan tak ada yang mau?

Well, bisa saja begitu. Bisa saja merasa tak adil. Young Lady tidak seberuntung para sepupu yang mudah dan cepat mendapat pasangan. Soal asmara, Young Lady tidak ada apa-apanya. Terus, kalau merasa tak adil, kenapa harus mengalah?

Ini jawabannya: kebesaran jiwa. Mengalah bukan berarti kita kalah atau lemah. Melainkan mengalah sebagai tanda kebesaran jiwa. Memang sulit, tapi bukan berarti tidak bisa kan?

Percayalah, mengalah demi orang lain tak ada ruginya. Tuhan menyukai orang yang ikhlas dan sabar. Kelak pastilah orang-orang yang sabar, ikhlas, dan mau mengalah akan mendapat ganti yang lebih baik. Tuhan takkan pernah ingkar janji.

Di saat kita merasakan hidup tidak adil, namun kita bisa mengalah, itu menandakan bahwa kita berjiwa besar. Jiwa yang besar melahirkan keikhlasan. Perih di awal, namun jika telah terbiasa, semuanya bisa dijalani dengan lebih mudah.

Mengalah tak selamanya buruk. Justru mengalah membuat kita belajar sabar dan mengerti keadaan orang lain. Mengalah di tengah ketidakadilan yang kita rasakan, akan menjadi sesuatu yang luar biasa.

Manusia bukanlah malaikat. Bila malaikat tak dianugerahi nafsu dan kemampuan untuk merasakan sehingga ketaatannya sempurna, manusia masih punya nafsu dan perasaan. Mulanya memang tidak mudah untuk mengalah. Young Lady cantik terkadang juga masih membayangkan impian lama itu dan menyesal telah melepaskannya. Namun, itu hanya sementara. Seiring berlalunya waktu, kita akan terbiasa dan menjadi ikhlas.

Ingatlah sekali lagi. Mengalah bukan tanda kekalahan dan kelemahan. Mengalah adalah tanda kebesaran jiwa. Bahkan, mengalah itu bukan berarti kita tak berdaya. Tetapi mengalah justru karena sebenarnya kita mampu, namun kita sengaja mengalah demi orang lain yang kualitasnya berada di bawah kita. So, berbesar hatilah orang-orang yang mau mengalah. Karena kalian orang-orang yang berkualitas dan kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun