** Â Â Â Â
"Apakah darahnya sudah mengering?"
"Belum, Silvi."
Mereka masih berada di tempat yang sama, posisi yang sama. Ayunan besi itu menjadi saksi bisu dua tubuh yang saling merapat dan mencinta.
"Sorry...." kata Silvi penuh perasaan, dan ia benar-benar menyesal.
"No problem." Calvin berkata menenangkan, lembut membelai rambut Silvi.
Sejurus kemudian Silvi memeluk Calvin. Merasakan wangi Blue Seduction Antonio Banderas berpadu dengan wangi parfumnya sendiri, Escada The Moon Sparkel.
"Ini sebuah risiko. Jika kamu ingin memahami, kamu harus siap terluka dan merasakan sakit." ungkap Silvi.
"I see."
Buku tebal di tangan Calvin terbuka. Seperti biasa, dibacakannya lanjutan Ayat-Ayat Cinta 2 untuk Silvi. Ayat Alquran dan potongan dialog Bahasa Turki dilafalkannya dengan sempurna. Kata-kata indah itu menjadi berkali lipat lebih indah.
Silvi menikmati, sangat menikmati. Sesuatu yang membuatnya senang. Ini menyenangkan. Kisah yang disukainya, seseorang berhati tulus yang membacakannya, dan sepercik bahagia saat mendengarkan seseorang yang baik, yang menyayanginya sepenuh hati, bercerita untuknya. Calvin begitu baik. Silvi bersikap dingin padanya, menunjukkan sikap penolakan, melukai hatinya, menusuk hatinya, membuat hatinya berdarah. Namun, Calvin tetap lembut, sabar, tulus, perhatian, bahkan melanjutkan membacakan buku itu untuknya. Sama sekali tak ada yang berubah.