"Oh Dear...sorry. Aku sama sekali tidak ingin meninggalkanmu, tapi sudah tugasku. Sorry ya? Aku janji, begitu semuanya selesai, aku akan segera kembali. Lalu, seluruh waktuku akan kuberikan untukmu." janji Calisa seraya memeluk Calvin erat. Menebarkan wangi Escada The Moon Sparkelnya.
"Iya, Calisa. Take care." Calvin membalas pelukan Calisa. Mencium keningnya penuh cinta.
** Â Â Â
Menanti, pekerjaan yang melelahkan dan membutuhkan kesabaran. Malam ini Calvin tengah melakukannya. Menanti Calisa kembali.
Bukan Calvin Wan namanya jika tidak sabar menunggu. Menunggu dengan sabar, sudah biasa dilakukannya. Tidak semua orang bisa sesabar itu. Kalau sepanjang malam ini ia harus tak tidur demi menunggu Calisa, akan ia lakukan.
Baru beberapa jam berpisah, hati Calvin telah merindu. Ia rindu Calisa. Calisa yang jelita, charming, tulus, dan penuh kasih. Hatinya begitu sempurna untuk dicinta. Wanita sesempurna itu, mengapa mau dinikahi olehnya?
Calvin sadar dirinya tak sempurna. Meneruskan keturunan keluarga saja tak bisa. Ditolak berkali-kali oleh keluarga Calisa, disalahkan, dihina, direndahkan, dan dimaki. Bukan hal baru lagi. Ternyata, pria pun bisa salah gegara sulit mendapatkan keturunan. Banyak anggota keluarga Calisa yang tidak menyukainya. Benci luar biasa padanya. Pria seperti dirinya memang layak dibenci dan menjadi korban. Calvin sudah siap dengan risikonya.
Beruntungnya ia memiliki Calisa. Mau menerima dirinya apa adanya. Mencintainya sepenuh hati. Wanita secantik dan sebaik itu, tulus mencintainya? Sungguh, Calvin harus bersyukur.
Celakanya, pria-pria yang pernah mengejar cinta Calisa berusaha melakukan segala cara untuk memisahkan dua hati yang saling mencinta. Mulai dari membuat skandal perselingkuhan, terang-terangan memikat Calisa agar mau kembali bersama mereka, memfitnah Calvin jika dirinya punya wanita idaman lain, dan mempengaruhi keluarga Calisa. Sejauh ini, upaya mereka belum ada satu pun yang berhasil. Calvin dan Calisa mampu bertahan melewati berbagai ujian cinta.
Tak hanya itu. Beberapa di antara pria-pria yang mengejar cinta Calisa pun membully Calvin di sosial media. Pernah ada yang memposting foto Calvin di Instagram mereka, lalu menuliskan caption tentang pria kaya-raya dan sukses yang kebingungan mewariskan hartanya karena ia tak punya anak. Ada pula yang membuat meme tentang pria tampan dan kaya yang harus dikasihani karena ia kesepian sepanjang hidupnya. Banyaknya meme dan status yang menghinanya, Calvin tetap sabar. Ia tak melaporkan mereka ke pihak berwenang. Bukan karena takut, melainkan karena hatinya telah memaafkan pria-pria itu. Memaklumi tingkah mereka. Sadar diri, bahwa dirinya sebenarnya tak layak untuk Calisa. Mungkin benar kata pria pembuat meme itu: Calvin layak dikasihani karena kekurangannya. Layak dikasihani karena ketidakmampuannya meneruskan keturunan keluarga.
Dari hinaan dan rasa kasihan menjadi inspirasi. Meme yang menghina dirinya itulah yang membuat Calvin terinspirasi untuk menulis sebuah puisi. Lalu mempostingnya di media jurnalisme warga kesayangannya.