Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saling Mencintai, Terlalu Cepatkah atau Sudah Terlambat?

3 Desember 2017   06:38 Diperbarui: 3 Desember 2017   08:32 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini, tingkah Calvin dan Silvi terasa ganjil. Saat akhir pekan dan ada waktu senggang, Silvi senang bisa ditemani Calvin. Entah mengapa, Calvin pun tak keberatan menemani Silvi. Padahal Silvi selalu mengira Calvin akan terganggu olehnya. Sebaliknya, hati Calvin justru tergerak untuk selalu ada di samping Silvi.

Berbulan-bulan lamanya mereka terjebak dalam perasaan saling memahami, menghormati, dan menghargai. Kasih sayang di antara mereka bertambah kuat. Silvi menangkap satu hal: Calvin mulai berubah. Sejak pertama kali mengenalnya sampai sekarang, ada beberapa perubahan dalam diri Calvin yang dirasakannya. Calvin menjadi lebih lembut, penyabar, dan tidak sekeras dulu. Semula dingin, kini Calvin jauh lebih ekspresif dan terbuka.

Lama-kelamaan, keduanya terperangkap dalam keraguan. Bagaimana tidak, Calvin dan Silvi mengaku masih mencintai orang lain. Silvi masih mencintai Albert, cinta pertamanya. Sedangkan Calvin sedang melakukan pendekatan pada Chika, teman kantornya yang cantik. Keraguan dan kebimbangan mengisi hati Silvi. Ia tak tahu apa yang telah terjadi dengan hatinya. Selain itu, dia tak mengerti perasaan dan isi hati Calvin yang sebenarnya.

Tak tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Calvin dan Silvi katanya cinta orang lain, tapi justru mereka sendirilah yang dekat satu sama lain. Bahkan saling mengerti dan melengkapi. Telah terbiasa melewatkan banyak waktu bersama tanpa merasa jemu.

Ironisnya, keluarga Silvi tidak begitu menyukai Calvin. Entah apa salah Calvin sampai-sampai ia tidak disukai. Rupanya keluarga Silvi bukan sekadar khawatir atau curiga, melainkan sudah memasuki level ketidaksukaan.

Meski demikian, Silvi tetap dekat dengan Calvin. Apa pun reaksi negatif keluarganya. Silvi dan Calvin benar-benar tak paham dengan perasaan mereka sendiri. Hati mereka terlambat untuk menyadari sesuatu.

Sampai akhirnya, Calvin divonis menderita Kidney Cancer. Kondisinya terus memburuk. Di saat-saat terberat, Silvi selalu setia mendampingi dan merawat Calvin. Kini keduanya makin dekat serta saling membutuhkan.

Tepat pada saat itu, mereka tersadar. Sesungguhnya mereka saling mencintai. Hanya saja, mereka tak mau mengakui perasaan itu. Mereka berkeras masih mencintai orang lain, menutup hati, dan enggan untuk move on. Sudah terlambat untuk memulai hubungan. Kondisi Calvin semakin parah, dan ia baru mengetahui perasaan saling mencintai itu di akhir hidupnya. Calvin meninggal membawa cintanya untuk Silvi. Meninggalkan Silvi dalam kesedihan.

Kasus Calvin-Silvi banyak ditemui. Dimana ada dua orang yang sebenarnya saling mencintai, namun terlambat menyadarinya. Saat tahu bahwa mereka saling mencintai, semuanya sudah terlambat. Keadaan tak bisa diperbaiki lagi.

Berbanding terbalik, ada pula yang terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa dirinya dan seseorang incarannya saling mencintai. Walau sesungguhnya cinta mereka bertepuk sebelah tangan. Bisa saja salah satu di antara mereka tak bisa membalas cintanya lantaran benar-benar tak cinta, sulit menemukan kecocokan, hanya ingin memanfaatkan, menipu, bermaksud jahat, atau sekadar kasihan. Lebih menyakitkan lagi, sebenarnya dia sama sekali tak peduli dan hanya terpaksa atau pura-pura peduli pada orang yang mencintainya.

Dua keadaan ini sama-sama menyakitkan. Terlalu cepat mengambil kesimpulan dan terlambat menyadari bahwa sesungguhnya ada perasaan saling mencintai. Ada langkah untuk mencegah dua kondisi menyakitkan itu terjadi. Sebelumnya, kita ulas dulu teori dan psikologi cinta. Kita perlu tahu tentang teori cinta dan bagaimana dunia psikologi memandang fenomena cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun