Mereka saja yang berusaha dekat-dekat saya. Saya dingin-dingin saja pada mereka. Sebab saya tak mudah terbuka pada orang lain, sulit pula mempercayai orang lain.
Poin pertama yang saya dapatkan adalah, betapa sakitnya dilupakan orang-orang yang kita cintai. Melupakan itu tak mudah, tapi dilupakan itu sakit. Percayalah, tak mudah melupakan dan dilupakan. Saya pribadi pernah mengalaminya.
Rasa sakit hati jelas ada saat kita dilupakan oleh orang-orang yang kita cintai. Saat kita tak lagi spesial bagi mereka.
Saat meereka melupakan ulang tahun kita, kebiasaan-kebiasaan kita, hal-hal yang kita suka, dan semua tentang kita. Sakitnya hati dan jiwa saat orang yang kita cintai tak lagi mempedulikan kita. Saat mereka lebih sibuk dengan urusan lain, atau saat mereka berpaling ke lain hati.
Perasaan sakit hati karena telah dilupakan berujung pada kesepian, rasa tidak dicintai, dan ditinggalkan. Kompasianer, tahu tidak?
Kesepian itu sama menyakitkannya dengan patah hati. Kesepian bukanlah saat suasana di sekeliling kita sunyi, melainkan saat tak ada satu orang pun yang mencintai dan mempedulikan kita.
Seringnya kita dilupakan dan diabaikan membuat hati sulit mempercayai orang lain. Pada akhirnya, kita tak mudah terbuka pada orang lain. Sulit percaya dan menutup diri.
Kesepian dan hilang kepercayaan adalah dampak yang ditimbulkan ketika diri kita dilupakan dan ditinggalkan orang-orang yang kita cintai.
Proses melupakan dan dilupakan erat kaitannya dengan kesetiaan. Menurut saya, ada ujian kesetiaan di sini.
Apa itu ujian kesetiaan? Kesetiaan diuji saat ada pilihan yang lebih baik. Ketika belum ada pilihan lain yang lebih baik, kesetiaan pun belum teruji.
So, jangan mudah percaya begitu ada yang bilang pada kita, "Aku setia padamu. Percaya...aku cinta kamu tanpa syarat.