Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Psikolove, Akhirnya Ku Menemukanmu (1)

25 Oktober 2017   05:31 Diperbarui: 25 Oktober 2017   07:12 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dari pada harus menyakiti orang lain, lebih baik ia menyakiti diri sendiri. Cukup dirinya yang merasakan sakit. Ini termasuk pelampiasan akan rasa sakit di masa lalunya. Ketidakadilan, diskriminasi, sakitnya dibanding-bandingkan, dan kekecewaan cinta berulang kali. Belum lagi kehilangan berturut-turut yang dialami. Menyakitkan, sangat menyakitkan. Calvin tak tahan, lalu melakukan pelarian dengan cara lain.

Hanya sedikit yang tahu masa lalu Calvin. Publik mengenal Calvin Wan sebagai pria rupawan berdarah Tionghoa yang sukses, cerdas, dan religius. Mantan penyanyi cilik yang kini beralih sebagai petinggi perusahaan. Bukan hanya tampan di luar, melainkan pula tampan di dalam. Terkesan introvert namun baik hati. Sering terlibat dalam kegiatan sosial berskala besar, misalnya bantuan kemanusiaan untuk negara-negara yang dilanda konflik dan pernah tergabung menjadi relawan UNICEF selama beberapa tahun. Founder organisasi nirlaba yang concern memberi pendampingan serta pelayanan untuk anak-anak penderita kanker. Calvin juga dikenal sebagai blogger tampan yang konsisten menulis satu artikel dalam satu hari.

Perfect bukan? Tapi, bukankah di dunia ini tak ada manusia yang sempurna? Begitu juga Calvin. Ia mempunyai masa lalu yang kelam. Diawali dengan peristiwa meninggalnya sang Mama, lalu disusul kematian putrinya. Anak perempuan cantik jelita yang ia dapatkan melalui proses single parent adoption. Sebuah penyakit stadium tiga yang menggerogoti tubuhnya dari dalam.

Kurang apa lagi semua cobaan itu? Calvin letih menjalani hidupnya. Tak heran ia sering mencoba mengakhiri hidup di saat-saat tertentu.

Lebih parah lagi, Calvin hidup sendiri. Ia tidak menikah. Orang makin keheranan karenanya. Mengapa pria setampan dan sebaik itu justru memutuskan tidak menikah? Pastilah banyak wanita yang ingin menikah dengannya. Apa lagi setelah mengetahui bahwa Calvin akan menjadi penerus perusahaan hotel milik keluarganya. Calvin yang tampan, baik hati, dan kaya-raya takkan sulit mendapatkan jodoh. Ironis, dia menolak menikah.

Sedikit penghiburan ia dapatkan saat membuka web media jurnalisme warga itu. Artikel politiknya tentang capaian presiden selama 3 tahun mendapat nilai tertinggi. Tak sia-sia ia menulisnya. Menulis, media katarsis yang ampuh selain bermain piano dan bermain cinta dengan dirinya sendiri. Bermain cinta, itu hanya istilah semata. Untuk menyebutkan kebiasaan yang dilakukan Calvin sebagai pelampiasan rasa sakitnya.

**       

"What? Aku harus mengobati kakakmu yang bermuka seram dan pernah jadi seteru lamaku itu?" Clara bertanya panik, wajahnya memerah menahan malu dan marah.

"Iya. Please Clara...hanya kamu yang bisa. Kamu kan psikolog. Mengerti cara menyembuhkan kakakku. Bahkan sering dijuluki psikolove juga, si ahli cinta. Begitu kan?" bujuk Adica.

Ribuan kilometer dari ibu kota Jakarta, tepatnya di apartemennya di Amsterdam, Clara menarik napas berat. Tak mengerti dengan permintaan kekasihnya. Dia memang seorang psikolog dan psikolove. Namun, bisakah Calvin diterima sebagai kliennya? Bukan sebagai seteru lamanya seperti waktu di sekolah dulu?

"Ayolah Clara, demi aku. Demi Papa. Katanya, kamu sayang sama Papa? Kamu cinta sama aku?" Sekali lagi Adica membujuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun