Ini kali pertama. Lama ia menulis di sebuah media citizen journalism yang memiliki nama besar, artikelnya dihapus. Tuan Calvin tak mengerti apa yang telah terjadi.
Sesaat pria tampan itu menatapi layar laptopnya. Menekan tombol refresh. Berpikir jika ada kesalahan. Tidak, semuanya tetap sama. Artikelnya dihapus.
Kembali ia mencermati tulisan yang tertera di bagian atas. Artikel dihapus karena melanggar syarat dan ketentuan. Apa yang salah? Mungkinkah ia telah melanggarnya?
Tuan Calvin menutup tab web browser. Berusaha menikmati saja kenyataan yang terjadi. Mungkin editor dan tim pengelola media jurnalisme warga itu punya kebijakan lain yang belum dipahaminya. Ia bisa menerimanya. Tuan Calvin bukanlah tipe kontributor yang sensitif dan inkonsisten. Sedikit saja ada kasus langsung kabur. Sebaliknya, ia tipe kontributor yang penyabar, setia, dan konsisten. Konsistensi Tuan Calvin dalam menulis dan berkontribusi layak dikagumi.
Andai saja editor dan tim pengelola media citizen journalism itu tahu. Butuh perjuangan ekstra bagi Tuan Calvin untuk one day one article. Ia sering memaksakan diri tetap menulis dalam kondisi sakit. Hepatocellular Carcinoma yang dideritanya sulit diajak kompromi. Bila mereka tahu fakta itu, mungkin mereka takkan menghapus artikel milik kontributor inspiratif bernama Calvin Wan. Mungkin mereka akan berpikir dua kali sebelum melakukannya.
Dibacanya artikel itu untuk kedua kali. Berusaha mencari letak kesalahan. Artikel yang berhasil diselesaikannya dalam keadaan sakit. Sebenarnya, Wahyu sudah melarangnya menulis. Sejak pagi, kondisi Tuan Calvin menurun. Tapi ia berkeras terus menulis. Larangan Wahyu tidak menghentikannya.
Penanda notifikasi di smartphonenya berbunyi. Ternyata Nyonya Calisa. Video call seperti biasa.
"Calvin, artikelmu dihapus. Kenapa ya?" Itulah kata-kata pertama yang diucapkan Nyonya Calisa.
"Iya. Aku tidak tahu kenapa." jawab Tuan Calvin.
"Hmm...baru saja aku mau membacanya. Sudah dihapus. Kamu tidak apa-apa, kan?" Nada suara Nyonya Calisa terdengar khawatir. Jelas ia sangat peduli.
"Tidak apa-apa. Nikmati saja. Mereka yang punya rumah, mereka punya aturan. Aku hanya menempati rumah itu sebagai tempat menuliskan artikel."