Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saat Kuperbaiki Diriku

10 Agustus 2017   06:01 Diperbarui: 11 Agustus 2017   10:07 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku jadi ingat tahun pertama pernikahan kita," kenang Nyonya Calisa, tersenyum kecil.

"Waktu itu, kamu menemaniku menulis semalaman. Lalu kamu tertidur di sofa. Oh iya, kamu juga membuatkan teh yang sangat enak."

Menyenangkan saat terkenang masa-masa itu. Masa dimana Nyonya Calisa terlalu keras dengan pendiriannya. Ia mencintai Wahyu tanpa memberikan sedikit pun celah di hatinya untuk Tuan Calvin.

Ternyata tak mudah bagi Tuan Calvin untuk menulis artikel tentang infertilitas. Bukan karena sulit mencari referensi, melainkan karena perih di hatinya. Infertilitas, sesuatu yang paling ditakuti oleh pasangan yang sudah menikah. Cukup banyak keluarga yang hancur karena masalah infertilitas. Tak sedikit pula yang bertahan. Persoalannya klise: kebanyakan orang menikah hanya untuk mendapatkan keturunan. Padahal tujuan pernikahan bukan itu saja.

Hatinya sedih dan terluka. Kata demi kata dituliskan Tuan Calvin dengan berat. Sakit sekali harus menuliskan sesuatu yang dialaminya secara langsung. Tak masalah bila hal itu membahagiakan. Infertilitas sama sekali bukan hal yang menyenangkan.

Kenangan buruk berkejaran di benaknya. Kalau bukan karena vonis itu, tak mungkin ia mengalaminya. Tuan Calvin membenci dirinya sendiri dan kenangan-kenangan itu.

Mengerjakan artikel tentang infertilitas membuatnya stress dan tertekan. Disembunyikannya perasaannya sedalam mungkin. Jangan sampai istrinya tahu. Nyonya Calisalah yang meminta Tuan Calvin menulis artikel itu untuknya. Ia tidak salah. Wanita keturunan Sunda-Belanda itu hanya ingin tahu pandangan suaminya tentang infertilitas. Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah lewat artikel.

Sejak awal, Tuan Calvin mengatakan pada Nyonya Calisa. Ia hanya akan membahas infertilitas dari sudut pandang kesehatan. Ranah psikologis dan sosiologis takkan disentuhnya. Nyonya Calisa menerimanya.

Artikelnya sudah hampir selesai. Tinggal dua paragraf lagi. Lebih cepat selesai lebih baik.

Tes.

Setetes darah terjatuh. Tepat mengenai keyboard. Tuan Calvin refleks mengusap tetesan darah segar yang mengalir dari hidungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun