Mudah bagi pria berkulit putih sepertinya untuk memilih warna pakaian. Pakaian berwarna terang akan membuat kulitnya terlihat makin cemerlang. Sedangkan pakaian hitam memberikan kesan elegan.
Suami Renna dan ayah Chelsea itu sangat memperhatikan penampilan. Namun, pagi ini Albert memutuskan memakai pakaian hitam bukan karena ingin tampil elegan. Melainkan karena ia akan menghadiri acara pemakaman.
Sekali lagi Albert menatapi refleksi dirinya di cermin. Masih ada satu yang kurang. Ia melepas jam tangan mewahnya. Ini jam tangan yang baru dibelinya bulan lalu. Meski kolektor jam tangan mewah, Albert takkan sesombong itu dengan memakai jam tangan ke acara pemakaman. Albert berusaha tampil sederhana dan apa adanya. Sesederhana apa pun penampilannya, Albert tetap terlihat tampan. Nasib baik menjadi pria tampan: cocok memakai pakaian apa pun. Wajahnya tetap teduh memesona. Postur tubuhnya yang ramping dan tergolong ideal itu terlihat seempurna dalam pakaian apa pun yang dikenakannya.
Jam tangan mewah itu diletakkannya dengan hati-hati di lemari khusus tempat penyimpanan koleksinya. Selesai meletakkan jam tangan, Albert dikagetkan oleh bercak merah yang menodai pakaiannya. Bercak merah itu...darah.
Ternyata bibirnya berdarah. Tubuh ramping pria itu serasa lumpuh seketika. Hatinya kembali berkecamuk oleh firasat buruk. Setahun terakhir, ia jarang sekali mengalami perdarahan di bagian tubuh mana pun. Frekuensi perdarahan paling sering adalah sewaktu ia terkena Leukemia.
Pintu kamar terbuka. Albert tersadar, buru-buru membalikkan tubuh menghadap lemari koleksi jam dan mengusap darahnya sampai bersih. Jangan sampai Renna tahu.
“Hei Dear...what are you doing?” sapa Renna hangat. Melangkah masuk ke dalam kamar. Sosoknya nampak cantik mengenakan baju rumah berwarna Burgundy. Model pakaiannya sederhana saja, sebab ini pakaian sehari-hari. Sentuhan warnalah yang mengambil peran.
“Renna, I’m so sorry...” Albert tergeragap, menatap canggung istrinya.
“Aku sibuk memastikan jam tanganku tersimpan aman. Jadinya tidak melihatmu saat kamu datang.”
“No problem...kamu protektif sekali pada koleksimu ya?”
Sejurus kemudian, Renna menyerahkan karangan bunga yang dibawanya. Albert menerimanya. Ini karangan bunga yang dipesannya dari toko bunga langganannya. Akan ia berikan ke rumah duka.