Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jalani Ibadah Puasa? Harus Tetap Produktif

2 Juni 2017   06:40 Diperbarui: 2 Juni 2017   08:19 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, waktu senggang yang kita miliki bisa digunakan untuk hal positif lainnya. Seperti membaca buku, menulis, menyanyi, memainkan alat musik, menonton film, mendengarkan radio, mendesain baju, melukis, dan bermacam aktivitas positif lainnya. Kegiatan positif tak hanya bisa kita lakukan sendiri. Kita bisa libatkan teman-teman untuk beraktivitas positif bersama kita. Bersama teman-teman, kita bisa menyusun rencana untuk bakti sosial atau berbuka puasa bersama di panti asuhan. Banyak sekali event bermanfaat yang bisa kita organisir bersama teman-teman kita. Intinya, kita harus selalu aktif, positif, dan produktif.

5. Ubah mindset

“Aku mau tidur aja sampai jam lima. Biar nggak kelamaan nunggu buka.”

“Hei, come on! Jangan tidur terus pas bulan puasa! Bangun, bangun!”

“Biarin, tidurnya orang berpuasa kan ibadah!”

Nah, mulai sekarang ubahlah mindset semacam itu. Tidur bukanlah alternatif terbaik untuk mengisi bulan Ramadhan. Sayang sekali bila bulan puasa hanya diisi dengan tidur dan bermalas-malasan. Gunakan waktu dan kesempatan semaksimal mungkin. Pahala dilipatgandakan, peluang berbuat baik terbuka lebar, doa-doa yang dipanjatkan punya prospek lebih besar untuk dikabulkan. So, gantilah tidur dengan berdoa. Gantilah tidur dengan ibadah dan amal kebaikan lainnya. Jaga semangat dan keceriaan kita selama puasa.

Masih ada lagi mindset yang perlu kita ubah. Banyak yang beranggapan bahwa puasa merupakan bentuk ibadah yang menyiksa. Umat Islam dibiarkan kelaparan dan kehausan berjam-jam. Tidak boleh makan, tidak boleh minum, tidak boleh marah-marah, tidak boleh menangis, dan berbagai larangan lainnya. Bila kita mau sedikit saja berpikir lebih luas, kita akan sadar bahwa puasa bukanlah bentuk penyiksaan. Melainkan bentuk detoksifikasi spiritual. Hati dan jiwa kita dibersihkan dari hal negatif. 

Dalam segi kesehatan, puasa pun mengandung banyak manfaat. Selama puasa, sistem penceraan kita diistirahatkan. Umat Islam kelaparan dan kehausan? Tidak. Percayalah, puasa itu hanya perpindahan waktu makan. Biasanya kita makan di siang hari, tapi selama Ramadhan kita makan di malam hari. Puasanya umat Islam bukanlah ritual menghindari makan dan minum sehari-semalam tanpa berbuka. Bukan pula ritual yang menyiksa diri dan mencegah kita untuk memakan sesuatu yang kita suka. Esensi puasa tidak seperti itu. 

Cobalah berpikir positif tentang puasa yang kita lakukan. Jangan anggap puasa sebagai hal yang menyiksa. Jangan merasa berat berpuasa. Puasa tidak bertujuan menyengsarakan umat Islam. Puasa bukanlah paksaan untuk ikut merasakan kesengsaraan dan penderitaan Nabi/Rasul tertentu. Justru puasa melatih kita untuk bersabar, mengendalikan emosi, nafsu, dan menumbuhkan rasa empati pada saudara-saudara kita yang kurang beruntung.

Siap tetap produktif di bulan Ramadhan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun