“Aku ini banyak kekurangannya. Aku ini jelek, hitam, bodoh, miskin, tidak tulus, dingin, dan tidak peduli.”
“Jangan begitu. Kamu itu tampan. Kamu juga baik, penyabar, penyayang, pintar, dan lembut hati. Akui kelebihanmu, okey?”
Pasca bullying, korban mengalami krisis kepercayaan diri. Pesimistis dan underestimate. Menganggap diri selalu negatif dan mengingat-ingat kekurangan diri sendiri. Dampak ini bisa dikurangi dengan mengakui kelebihan yang ada dalam diri kita. Jika tidak bisa menemukannya, tanyakan pada orang lain. Khususnya orang-orang terdekat yang mengerti kita luar-dalam. Mereka pasti tahu apa hal positif yang kita miliki. Akuilah semua kelebihan itu. Lihat diri kita dari sisi positifnya.
3. Kuatkan dan berikan motivasi
Langkah ketiga ini untuk orang-orang terdekat dari si korban. Jangan lelah untuk memberikan motivasi dan support bagi korban bullying. Pastikan kita selalu ada untuk mereka. Jangan biarkan mereka menghadapi trauma pasca bullying sendirian. Kuatkan dan besarkan hati mereka. Jangan tinggalkan mereka sendirian, bisa saja mereka mencoba melukai diri sendiri. Risiko psikologis yang paling berbahaya dari kasus bullying adalah bunuh diri. Cegahlah sebelum hal itu terjadi. Dengan apa? Dengan motivasi, support, perhatian, dan kasih sayang yang tulus.
4. Berdamai
Poin terakhir ini terasa sulit. Sadar atau tidak, banyak korban bullying yang menyimpan dendam dan berniat membalasnya suatu saat nanti. Jangan sampai itu terjadi. Dari pada membalas dendam, lebih baik berdamai dengan pelakunya. Itu pun jika memungkinkan dan kedua belah pihak menyadari pentingnya berdamai. Segala bentuk konseling, hypnotherapy, trauma healing, dan psikoterapi lainnya tidak akan berguna bila kita belum berdamai dan memaafkan kejadian tersebut. Justru cara terbaik untuk menyembuhkan luka dan rasa sakit yang membekas setelah bullying adalah berdamai. Bila kita bisa berdamai, maka kita telah sembuh sepenuhnya. Berdamai berbeda dengan melupakan. Berdamai adalah mengikhlaskan, menerima, dan merelakan kejadian bullying itu sebagai bagian dari masa lalu kita. Kita tidak perlu mendendam karenanya. Itulah yang dimaksud dengan berdamai.
So, jangan putus asa. Sudah saatnya korban-korban bullying bangkit dari keterpurukan dan menatap masa depan dengan lebih optimis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H