“Albert, hatimu memang lembut. Tapi kelembutan itulah yang membuatmu gagal mengambil keputusan. Apa gunanya hati yang lembut jika tidak bisa bersikap tegas? Kamu membuatku terlalu lama menunggu. Cinta saja tak cukup. Harus ada keberanian untuk memutuskan sesuatu. Kamu membuatku kecewa, Albert. Mulai sekarang, jangan ganggu aku lagi.”
Lebih banyak lagi panah menembus relung hatinya. Rasa dingin yang tak ada hubungannya dengan udara pagi itu menjalari sekujur tubuhnya. Albert menundukkan wajah, hatinya hancur. Ini semua salahnya. Andai dia memiliki keberanian, perpisahan ini takkan terjadi. Nita akan menjadi pendamping hidupnya, belahan jiwanya. Namun sekarang semuanya terlambat.
“Baiklah, Nita. Semoga kamu bahagia. Aku tidak akan pernah melupakanmu. Dan aku...akan mencintaimu dengan caraku.” Albert berucap lirih.
Nita berbalik ke pintu balkon. Membukanya, lalu berjalan pergi. Albert bergegas mengikuti. Membukakan pintu kamarnya untuk Nita.
**
Terlarut aku
Dalam kesendirian
Saat aku menyadari
Tiada lagi dirimu kini
Sampai kapankah
Aku mampu bertahan