Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lembaran-lembaran Hidup: Aku Pun Ingin Hidup Normal

27 Februari 2017   07:12 Diperbarui: 27 Februari 2017   08:25 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

**    

8 Agustus

Lembaran 8

Ia kesal dengan pasien satu itu. Menyebalkan. Keras kepala. Dingin. Tidak ekspresif sama sekali. Datar. Susah diatur. Pasien paling sulit dan paling parah sakitnya, tapi sok jual mahal. Ia mengaku tak mau sembuh.

Tapi...kenapa ia mencintainya? Bukankah seharusnya tidak boleh? Siapa yang bisa mencegah cinta? Bahkan pemimpin hebat sekelas Napoleon Bonaparte pun tak bisa mencegah hadirnya cinta. Demi Allah, tidak bisa.

Gadis Bule itu mencintainya. Mencintai pasien sok jual mahal yang tinggal di biara dan senang memelihara anjing itu. Teman-temannya menyebut pasien yang tinggal di biara itu sebagai bumi, dan gadis Bule itu langitnya. Kata mereka, langit dan bumi mana mungkin bersatu? Bukannya jika ada bumi selalu ada langit? Begitu, kan?

**    

9 September

Lembaran 9

Ini hari ulang tahunnya. Sembilan September. Angka yang cantik kata orang. Menyedihkan, di hari ulang tahunnya hanya pasien sok jual mahal itu yang menemaninya. Memberinya ucapan selamat dengan tulus dan penuh cinta. Tak satu pun teman dan sahabatnya ingat hari ulang tahunnya.

Si gadis Bule toh hanya manusia biasa. Ia juga punya perasaan. Bisa sedih, bisa tertawa, bisa marah, bisa kecewa. Kecewa manusiawi, kan? Ia manusia kok, bukan Malaikat Jibril. Ia kecewa karena tak satu pun yang ingat ulang tahunnya kecuali keluarga dan si pasien sok jual mahal itu. Padahal, ia selalu ingat ulang tahun semua temannya. Ia tak pernah lupa. Ia selalu peduli pada mereka. Namun kini, di hari ulang tahunnya, tak ada yang ingat dan peduli. Bahkan tak ada yang bertanya kenapa ia izin kuliah dan mengosongkan semua aktivitasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun