Sejak menemani anggota keluarga yang menjalani operasi, pola tidur saya kacau. Akibatnya saya kelelahan dan jatuh sakit. Belum lagi luka pasca “kecelakaan kecil” minggu lalu, rupanya belum sembuh. Entah, tiap kali terluka, sulit sekali untuk sembuh.
Kebanyakan teman saya tidak tahu jika kondisi saya kurang fit. Mereka mengira saya baik-baik saja. Bahkan saya masih bisa menerima konsultasi dari beberapa klien dan mantan klien.
Namun hal itu tidak berlaku bagi keluarga dan orang terdekat. Saya tidak bisa menyembunyikan apa pun dari mereka. Meski beberapa di antara mereka jauh dari sisi saya.
Menjelang Maghrib, usai rapat di kampus, saya menerima e-mail dari seseorang. Pesannya simple saja, namun lebih dalam maknanya. Intinya, dia meminta saya untuk menjaga kesehatan. Dia tidak ingin saya terus-menerus kelelahan. Dalam hati saya bersyukur. Masih ada yang memperhatikan dan mengingatkan saya soal kesehatan. Ternyata begini rasanya diperhatikan dan diingatkan. Biasanya, saya yang melakukan itu pada orang lain.
Bercermin dari peristiwa kecil di atas, ada poin penting yang dapat digarisbawahi: mengekspresikan rasa cinta, sayang, dan perhatian tak harus dengan kalimat ‘I love you’ atau ‘I miss you’. Mencintai tidak perlu kata-kata. Cinta dapat dibuktikan dengan tindakan nyata, perbuatan, dan kasih yang tulus. Orang yang mencintai atau dicintai sesungguhnya tak perlu kata-kata ‘aku mencintaimu’.
Jika rasa sayang, cinta, atau perhatian telah diberikan secara nyata, maka kalimat ‘I love you’ bukan lagi hal mutlak untuk membuktikan ketulusan seseorang. Dalam mencari cinta dan kasih sayang, bukan ucapan romantis yang dicari. Melainkan bukti nyata atas ketulusan cinta dan kasih sayang tersebut.
Sebagai gantinya, kita dapat mengucapkan kalimat-kalimat sederhana. Namun mampu merepresentasikan seberapa besar rasa peduli, cinta, dan sayang kita pada seseorang. Kalimat-kalimat itu antara lain:
1. “Jaga kesehatan ya? Jangan kelelahan terus.”
Padatnya kegiatan kampus, organisasi, maupun pekerjaan membuat kita sering melupakan kesehatan. Orang-orang terdekat yang mengetahui kesibukan kita takkan ragu untuk mengingatkan. Agar kita bisa mengatur waktu istirahat, waktu beraktivitas, dan daya tahan tubuh kita. Orang-orang yang menyayangi kita tidak ingin kita jatuh sakit atau mengalami kelelahan setelah aktivitas yang padat.
2. “Kamu butuh teman? Mau aku temani?”
Ada kalanya seseorang merasa rapuh saat tertimpa banyak masalah. Urusan pekerjaan, tugas kuliah yang menumpuk, putus cinta, kegagalan dalam tugas/pekerjaan, kehilangan sesuatu yang berharga, tuntutan dari dunia kampus dan dunia kerja, membuat hati dan pikiran menjadi lemah. Stress tiba di depan mata. Pada situasi demikian, siapkah kita menghadapinya sendirian? Tidakkah kita ingin berbagi pada orang lain? Sejenak meringankan beban bersama orang lain tidak ada salahnya. Terlebih bila ada seseorang yang bersedia menemani dan mendampingi kita di saat-saat terberat.