Arina dan Stefanus telah lama menjalin hubungan. Orang-orang menganggap mereka sebagai pasangan serasi. Stefanus mencintai Arina karena kecantikannya, kebaikan hatinya, dan ketenarannya sebagai model. Sedangkan Arina pertama kali mencintai Stefanus lantaran ketampanan, kekayaan, dan kecerdasan otaknya.
Venska jatuh cinta pada sepupunya sendiri, Rizal. Namun cinta mereka terlarang. Sementara itu, Venska baru saja dilamar Alvin. Demi pelampiasan dan ingin melupakan Rizal, Venska menerima lamaran Alvin. Ternyata Alvin pria yang baik dan selalu berusaha membahagiakannya. Tetap saja Venska hidup di bawah bayang-bayang kenangan bersama Rizal. Dia memang tunangan Alvin. Akan tetapi, Venska menganggapnya hanya sebagai status. Ia terpaksa bertunangan dengan Alvin.
Chelsea adalah putri tunggal Albert. Ia rasakan betapa Albert menyayanginya. Meski bukan anak kandungnya, Albert tetap mencintai dan menyayangi Chelsea sepenuh hati. Albert mencintai Chelsea tanpa syarat. Keluarga besar menentang keputusannya mengadopsi Chelsea lantaran asal-usul anak cantik itu tidak jelas. Chelsea dianggap pembawa petaka dalam keluarga. Namun Albert bertahan pada komitmennya. Ia merawat Chelsea, membesarkannya, mendidiknya, dan melindunginya.
Membaca ketiga ilustrasi tersebut, kita dapat melihat adanya perbedaan dalam mencintai. Ilustrasi pertama dan kedua memperlihatkan individu yang mencintai karena alasan tertentu. Ilustrasi ketiga menunjukkan individu yang mencintai tanpa syarat.
Ada banyak jenis cinta di dunia ini. Cinta orang tua pada anak, cinta seseorang kepada kekasihnya, cinta kakak pada adiknya, dan cinta kepada Tuhan. Di antara semua jenis cinta itu, yang akan tetap bertahan adalah cinta tanpa syarat.
Seperti apakah cinta tanpa syarat itu? Seseorang bisa dikatakan mencintai tanpa syarat jika ia bisa mencintai orang lain tanpa alasan tertentu. Seseorang yang mencintai tanpa syarat akan menerima kekurangan orang yang dicintainya dengan tangan terbuka. Penyakit, disabilitas, status sosial, dan kondisi finansial bukan menjadi alasan untuk berhenti mencintai.
Individu yang mencintai tanpa syarat tidak akan melihat dan mencintai kelebihan orang yang dicintainya. Melainkan ia mencintai orang itu sebagai dirinya sendiri. Bukan mencintai segala kelebihannya. Ia mengerti orang yang dicintainya luar-dalam. Ia yang paling memahami keadaan orang yang dicintainya.
Jika kita mencintai seseorang karena ia kaya, maka kita akan kecewa bila ia jatuh miskin suatu saat nanti. Jika kita mencintai seseorang karena ia cantik/tampan, maka kita akan kecewa saat kecantikan/ketampanan fisik itu terenggut dalam kecelakaan atau faktor usia. Bukankah faktor usia dapat memudarkan kecantikan/ketampanan seseorang secara perlahan? Jika kita mencintai seseorang karena ia pintar, maka kita akan kecewa saat kepintarannya tiba-tiba lenyap akibat shock, kecelakaan, gegar otak, Alzheimer, dan penyakit lainnya yang menyerang sistem syaraf otak. Jika kita mencintai seseorang karena ia memiliki suara yang bagus, kita akan kecewa saat pita suaranya rusak dalam suatu kecelakaan atau penyakit. Jika kita mencintai seseorang karena ia memiliki permainan piano yang bagus, kita akan kecewa saat tangannya lumpuh dan tidak bisa lagi bermain piano. Jika kita mencintai seseorang lantaran ia mahir bermain basket dan cabang olahraga lainnya, kita akan kecewa saat kemahirannya berkurang. Jika kita mencintai seseorang karena popularitasnya di bidang entertainment, modeling, dan berbagai bidang lainnya, kita akan kecewa saat ketenarannya meredup. Jika kita mencintai seseorang karena ia berprestasi, kita akan kecewa saat ia tak bisa lagi berprestasi. Jika kita mencintai seseorang karena kebaikannya, kita akan kecewa saat ia menyakiti dan melukai perasaan kita. Jika kita mencintai seseorang tanpa syarat apa pun, kita takkan pernah kecewa. Kita akan terus mencintainya sepanjang hidup.
Robert Sternberg mengemukakan teorinya soal cinta. Teori itu diberi nama Triangular Theory of Love. Dalam Triangular Theory of Love, terdapat tiga unsur untuk terjadinya cinta, antara lain:
1. Intimacy
Unsur pertama ini merupakan elemen afeksi yang mendorong individu untuk membangun kedekatan emosional dengan individu lainnya. Caranya dengan bergaul lebih akrab, terbuka, dan saling percaya. Komunikasi terus-menerus diimbangi rasa peduli, kehangatan, dan kepercayaan dapat memperkuat unsur intimacy.