Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ikatan Batin: Kuatkah?

8 Desember 2016   05:13 Diperbarui: 8 Desember 2016   06:39 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Well, kenapa kamu percaya padaku? Kamu kan punya banyak orang-orang terdekat yang menyayangimu di sana. Kenapa harus aku, Dear? Ada Renna, Chika, Nia, keluargamu, dan...laki-laki yang namanya sama denganku itu. Albert Fast.” Albert mulai penasaran.

“Mereka tidak mengerti aku seperti kamu mengerti aku. Kamu yang paling mengerti dan memahamiku. So, aku percaya padamu meski kamu jauh dariku.”

Entah apa yang dipikirkan Albert saat itu. Maurin berharap Albert memikirkan baik-baik apa yang dikatakannya. Ia hanya ingin membuka mata hati Albert. Mengajaknya melihat dari perspektif yang berbeda.

“Kamu sendiri bagaimana? Aku rasa, kamu tidak punya seseorang yang benar-benar dekat denganmu di sana.” Lanjut Maurin.

“Kata siapa? Aku punya,” bantah Albert.

“Coba sebutkan siapa namanya. Kenalkan padaku. Agar aku tahu kamu tidak menghadapi semuanya sendirian.”

Sayangnya, Albert tidak menyebutkan satu nama pun. Hal ini menguatkan keyakinan di hati Maurin jika pemudanya tak punya teman. Teman yang benar-benar dekat dan mengerti dirinya.

“Albert, percayalah. Dua jauh lebih baik dari satu. Masalah akan lebih ringan jika dihadapi bersama, bukan sendirian.” Kesekian kalinya Maurin memberi kata-kata sugestif. Mensugestikan hal positif. Membuka pikiran Albert dengan caranya.

Ia percaya Albert bisa menjaga dirinya sendiri. Namun ada yang rapuh dalam diri pemuda bermata teduh itu. Ia sakit, dan belum sepenuhnya sembuh. Bukankah setiap penyakit harus disembuhkan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun