Mohon tunggu...
Latifah Ayu Kusuma
Latifah Ayu Kusuma Mohon Tunggu... Lainnya - Copywriter

Local Traveller

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Friendly Logistics Mengubur Doktrin Buruk bagi UMKM di Yogyakarta

4 Oktober 2019   22:53 Diperbarui: 5 Oktober 2019   07:28 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Narasumber Kopiwriting (Dokpri)

"Begini saja sudah cukup."

Kalimat tersebut sering terlontar dari pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Yogyakarta. Padahal doktrin tersebut menjadi salah satu faktor penghambat bagi pertumbuhan kegiatan usaha. Sejatinya pelaku UMKM harus selalu bergerak maju tanpa "cepat puas" terhadap hasil pencapaian.

Narasumber Kopiwriting (Dokpri)
Narasumber Kopiwriting (Dokpri)
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Yogyakarta, Dra. Ch. Lucy Irawati, mengungkapkan bahwa pergerakan usaha lokal sangat dinamis. Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UKM Yogyakarta tahun 2017, jumlah UMKM Kota Yogyakarta mencapai 23.000. Angka tersebut berangsur naik sesuai disertai peningkatan skill para pelaku bisnis. Hal tersebut tak lepas dari peran Dinas Koperasi sebagai stakeholder terkait. Dinas Koperasi dan UKM memberikan pembinaan dan pendampingan seperti pelatihan produksi, manajemen kewirausahaan, hingga legalitas usaha.

Tunjung Pratiwi, owner Abekani Jogja menjadi salah seorang pelaku UMKM yang gigih dalam merintis bisnis. Sejak 2009, beliau memulai usaha dengan produk bahan kulit, seperti tali kamera dan tempat ponsel atau cover laptop. Awalnya Ibu Tunjung mengeluarkan modal 2 juta rupiah. Kini pecinta produknya sudah melebar hingga ke luar negeri, seperti Hongkong dan Qatar. Sementara di Indonesia, komunitas pecinta produk Abekani tergabung dalam grub Facebook.

Ibu Tunjung melakukan pemasaran dan penjualan dengan sistem online mengikuti perkembangan teknlogi. Menurutnya, sistem online lebih praktis dan hemat sehingga beliau memutuskan untuk membuat website abekani.com pada tahun 2012. "Melalui metode offline tidak membuahkan hasil. Hingga akhirnya kami menerima pesanan custom tas kamera secara online. Dari situlah penjualan kami meningkat," terang Ibu Tunjung.

Transaksi secara online membawa perubahan pada beberapa proses jual beli, misalnya tentang pengiriman. Pilihan jasa ekspedisi aman dan terpercaya merupakan salah satu kunci. Ibu Tunjung sendiri memilih JNE sebagai jasa pengiriman utama dalam menjalankan bisnisnya. Terlebih JNE memberikan kemudahan jemput bola yang dapat menghemat waktu dan biaya bagi Abekani.

Sebagai bentuk dukungan terhadap pertumbuhan UMKM lokal, JNE menghadirkan Friendly Logistics. Layanan ini dikelola secara profesional dan terintegrasi langsung dengan proses pengiriman. Berikut beberapa fasilitas yang ditawarkan:

  • Digital Marketing
  • Warehousing
  • Order fulfillment
  • Technology development
  • Shipping management
  • Delivery

"Perlu effort besar apabila hal terkait logistik dikerjakan secara mandiri oleh pelaku usaha. Karena itulah Friendly Logistics dihadirkan untuk membantu UKM agar dapat fokus dan berkonsentrasi pada sektor produksi, pengembangan atau inovasi produk, serta sales," terang Adi Subagyo, Branch Manager JNE Area Yogyakarta, dalam JNE Kopiwriting. Acara kolaborasi JNE dan Kompasiana ini berlangsung di Silol Kopi & Eatery, Yogyakarta, Rabu (2/10/2019).

Suasana JNE Kopiwriting (Doc: Riana Dewie)
Suasana JNE Kopiwriting (Doc: Riana Dewie)
UMKM merupakan sendi perekonomian Indonesia yang harus didampingi perkembangannya. Untuk menghindari kalimat "Begini saja sudah cukup", JNE akan berusaha mendukung pertumbuhan UMKM. Mulai dari edukasi melek teknologi, belajar berjualan di marketplace, hingga packaging barang dengan aman beserta tampilan menarik.

JNE Yogyakarta memiliki layanan e-Fulfilment dengan sistem yang menguntungkan pelaku bisnis online. Stok barang pengusaha diamankan dalam gudang JNE. Packing dan pengiriman kepada customer dilakukan oleh JNE. Namun jangan khawatir, prosesnya sudah melalui digitalisasi. Pengusaha dapat memantau stok keluar, stok opname, dan proses pengiriman melalui aplikasi khusus.

Lebih lanjut, JNE akan terus memenuhi kebutuhan pelaku UMKM. Misalnya dengan Focus Group Discussion (FGD) bagi pengusaha, baik pemula maupun yang sudah expert. Dengan demikian JNE dapat mengakses kritik dan saran bagi hubungan kerja sama dengan pelaku usaha.

Dalam JNE Kopiwriting, Adi Subagyo juga memberikan tips singkat untuk pelaku usaha agar produk lokal semakin eksis, yaitu produk yang kreatif, ketersediaan bahan baku, dan terus belajar teknologi marketing digital. Pun menggunakan jasa pengiriman dengan asuransi dan biaya yang jelas.

Dari sinergi pihak Dinas Koperasi dan sektor swasta seperti JNE ini, apakah pelaku UMKM masih mau berkutat dalam kubangan "Begini saja sudah cukup" ?? Inilah saatnya pelaku UMKM mengepakkan sayap untuk terbang mengarungi dunia. Inovasi, kerja keras, dan kejujuran harus segera diaplikasikan dalam ruang bisnis.

Sesuai tema JNE Kopiwriting Yogyakarta kali ini "Menangkap Peluang Industri Kreatif di Era Digital", pelaku bisnis, pemerintah, dan sektor swasta perlu bergandengan tangan dalam mengelola potensi lokal. Dengan demikian diharapkan perekonomian negara semakin maju berkat bisnis lokal yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun