Mohon tunggu...
Latifah Ayu Kusuma
Latifah Ayu Kusuma Mohon Tunggu... Lainnya - Copywriter

Local Traveller

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kisah 2 Dunia dalam Mantan Manten

9 April 2019   21:28 Diperbarui: 9 April 2019   21:44 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mantan Manten? Jauh di luar ekspektasi, film ini tak sekedar kisah cinta drama ala-ala yang mudah ditebak dan (mungkin) membosankan. Pesan tentang budaya dan tata kehidupan nyata tersampaikan dengan rapi. Saya sendiri takjub dan tak berhenti mengagumi film produksi Visinema ini.

"Don't be afraid of change. You may end up losing something good, but you will probably end up gaining something better."--- Anonymous

Yasnina (Atiqah Hasiholan), manajer investasi terkenal tiba-tiba kehilangan segalanya. Satu-satunya aset yang dia miliki hanyalah sebuah rumah di daerah Tawangmangu. Dia berniat menjual sisa harta tersebut untuk menuntut balik Pak Iskandar (Tyo Pakusadewo), bos yang justru menjebaknya dalam lingkaran sengsara. Namun perjalanan negosiasi Yasnina dengan Budhe Marjanti, pemilik rumah sebelumnya tidaklah mudah. Pun ditambah dengan adegan bahwa tunangannya, Surya (Arifin Putra) tak bisa banyak membantu.

Doc: instagram @mantan.manten
Doc: instagram @mantan.manten

"The enemy is anybody who's going to get you killed, no matter which side he's on."--- Joseph Heller

Sudut dataran tinggi di sebelah kota Solo itulah yang membalikkan pola hidup Yasnina. Budhe Marjanti (Tutie Kirana) mengajukan syarat sebelum memberikan tanda tangan pindah kepemilikan rumah. Akhirnya Yasnina, gadis keras kepala itu mngikuti kemauan Budhe Marjanti. Yasnina menjadi asisten Budhe sebagai seorang paes manten (perias pengantin).

Budhe Marjanti Doc: instagram @mantan.manten
Budhe Marjanti Doc: instagram @mantan.manten
Berhasilkah Yasnina memenuhi syarat tersebut? Jawabannya silakan memesan tiket film Mantan Manten di bioskop terdekat. Film garapan sutradara Farishad Latjuba ini unik dan sukses membuat pemirsanya memasang wajah sendu.

Meski tidak memasang label film budaya atau film komedi, Mantan Manten mengandung unsur keduanya. Sorot utamanya ada pada Yasnina, gadis cantik berkemauan keras, smart, dan mandiri. Alur dikemas dengan balutan konflik beberapa pihak. Di satu sisi, Yasnina harus menjalankan aktivitas barunya bersama Budhe Marjanti. Sementara pada sisi lain, dia harus segera menyelesaikan masalah pekerjaan di Jakarta.


"It's not true that life is one damn thing after another; it is one damn thing over and over." ---Edna St. Vincent Millay

Tawangmangu Bersama Budaya Yang Mengakar Kuat

Sosok yang digambarkan sebagai Budhe Marjanti memang masih ada dalam real life. Seorang paes manten tak bisa dipandang sebelah mata. Menjadi paes manten bukan sekadar pekerjaan, melainkan salah satu cara melestarikan tradisi. Paes diambil dari kata me.ma.es yang artinya mempercantik muka dengan menggunakan bahan-bahan kosmetik dengan cara-cara tertentu serta bentuk tertentu (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/memaes). Budaya paes sendiri berkembang di daerah Solo dan Jogja dengan ciri khas masing-masing.

Doc: instagram @mantan.manten
Doc: instagram @mantan.manten
Jakarta dan Kehidupan Mewah Tanpa Celah

Berbeda jauh dengan tata kehidupan Tawangmangu, Jakarta tak lagi membatasi diri dengan budaya lokal. Segala arus kebudayaan sudah berbaur dalam bingkai ekosistem modern. Wajar jika penghuninya mulai bergerak bebas dan tak terbatas oleh adat tempatnya berasal. Kehidupan serba canggih di Jakarta adalah awal pemikiran di luar dugaan. Seperti Yasnina yang tercetak menjadi perempuan tangguh meski membangun karir di tengah metropolitan.

Doc: instagram @mantan.manten
Doc: instagram @mantan.manten
Cerita dua dunia dalam dinamika lingkungan Yasnina memang tidak mudah dilalui. Namun dari sanalah cerita ketangguhan berasal. Yasnina memberikan contoh inspiratif sebagai perempuan tangguh yang tak mau terbawa arus. Dia teguh, mau belajar, serta mudah beradaptasi. Pun mau menghargai dan mewarisi kekayaan budaya nusantara.

Hal lain yang menarik dari film ini adalah keikhlasan Yasnina untuk tetap berhubungan baik dengan orang-orang yang (moncoba) menghancurkannya. Pada dasarnya manusia tak bisa dengan mudah memaafkan, tetapi Yasnina mampu membuktikan bahwa ikhlas itu bisa menjadi nyata tanpa syarat.

Doc: instagram @mantan.manten
Doc: instagram @mantan.manten
Lalu tentang kesetiaan tokoh pelengkap bernama Ardy (Marthino Lio) yang merupakan asisten Yasnina selama menjadi manager di Jakarta. Kenyataannya tak banyak staff yang bisa mengabdi penuh kepada rekan kerja dengan pangkat lebih tinggi. Sosok seperti Ardy adalah panutan istimewa dalam dunia kerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun